DENPASAR-fajarbali.com | Dalam rangkaian atau persiapan Road to The 2025 Asia Grassroots Forum, Amartha dan CELIOS adakan diskusi bersama pengamat, aktivis, akademisi, dan media lokal Bali untuk menggali lebih dalam mengenai tantangan di sektor UMKM, bertempat di UID Campus, Bali, Kota Denpasar, Selasa (15/4/2025).
The 2025 Asia Grassroots Forum merupakan kegiatan yang melibatkan para pemangku kepentingan untuk bersama-sama memajukan UMKM akar rumput melalui teknologi, kebijakan, dan pendekatan yang berkelanjutan.
Diskusi bertajuk “Road to Asia Grassroots Forum: Diskusi Isu dan Potensi UMKM Lokal” bersama para pengamat, aktivis, akademisi, dan pihak swasta untuk membahas mengenai tantangan dan solusi bagi ekonomi akar rumput di Indonesia. Diskusi pun berlangsung interaktif.
Diketahui UMKM Indonesia memegang peranan penting dalam memperkuat ekonomi serta mendukung penyerapan tenaga kerja nasional.
Data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2023 menunjukkan UMKM berkontribusi 61,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia.
Di Bali, UMKM lokal menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi 5,48 persen pada 2024, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 5,03 persen.
Meski menjadi tulang punggung perekonomian nasional, UMKM di Indonesia ternyata masih mengalami sejumlah tantangan sulit naik kelas dari ultra mikro menjadi usaha mikro dan usaha menengah. Keterbatasan akses keuangan, teknologi, hingga kebijakan yang tepat sasaran, menjadi butir-butir penting yang disuarakan dalam diskusi ini.
Katrina Inandia, Project Lead The 2025 Asia Grassroots Forum, mengatakan, diskusi tersebut memfasilitasi berbagai pemangku kepentingan untuk membahas apa saja tantangan dan potensi UMKM lokal, khususnya di Bali.
"Untuk memajukan UMKM, kita perlu dukungan kebijakan yang tepat. Namun, menyusun kebijakan membutuhkan local context yang mendalam, agar kebijakan bisa tepat sasaran dan berpihak pada UMKM lokal," ungkap Katrina.
Katrina melanjutkan, The 2025 Asia Grassroots Forum bertujuan untuk mewadahi gagasan dari berbagai pemangku kepentingan, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang konkret, baik dalam hal kebijakan, pengembangan teknologi, dan layanan keuangan, dalam mendorong UMKM di Indonesia.
Pada kegiatan ini, Amartha menghadirkan perwakilan dari peneliti, yaitu Nailul Huda, selaku Direktur Ekonomi dan Digital CELIOS. Pada pemaparannya, Huda juga sependapat bahwa UMKM lokal membutuhkan dukungan kebijakan yang menyasar ekosistem secara menyeluruh.
“Tantangan yang dihadapi UMKM juga semakin berkembang. Permasalahan internal UMKM seperti kurangnya kualitas sumber daya manusia, laporan keuangan dan lainnya turut berkontribusi sehingga timbul masalah permodalan," ujarnya.
"Oleh sebab itu, katalisator yang dibutuhkan harus menyentuh seluruh ekosistem UMKM, sehingga membutuhkan peran banyak pihak dalam mengakselerasi pertumbuhan yang inklusif," imbuh dia.
Pembahasan semakin menarik dengan adanya gagasan dari para peserta yang hadir mengenai kondisi UMKM lokal di Bali. Adanya isu mengenai ketimpangan akses pasar, perizinan, hingga regulasi untuk mendorong UMKM lokal Bali bersaing dengan bisnis asing, menjadi topik utama untuk kemudian dibahas lebih dalam pada kegiatan utama The 2025 Asia Grassroots Forum.
“Amartha mengajak para pengamat, praktisi, peneliti, akademisi, LSM, regulator, investor, dan media untuk menghadiri acara The 2025 Asia Grassroots Forum yang akan diselenggarakan di Grand Hyatt Nusa Dua, Bali pada Mei mendatang”, pungkas Katrina.
PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) memiliki misi untuk mensejahterakan segmen akar rumput, melalui layanan keuangan digital bagi ekonomi akar rumput. Hal ini dicapai melalui paduan teknologi canggih yang didukung oleh bimbingan 10,000 SDM terlatih.
Didirikan pada 2010, sebagai perusahaan microfinance yang fokus pada perempuan pengusaha berpenghasilan rendah, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) adalah perusahaan teknologi finansial yang melayani segmen akar rumput di Indonesia, melalui pendekatan hybrid yang memadukan teknologi digital terkini dan bimbingan 10,000 SDM terlatih.
Didirikan pada 2010, sebagai perusahaan microfinance yang melayani perempuan pengusaha berpenghasilan rendah. Amartha yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), telah menyalurkan modal usaha lebih dari 28 triliun rupiah kepada 2,8 juta UMKM di seluruh Indonesia.
The 2025 Asia Grassroots Forum yang diselenggarakan oleh Amartha, menjadi ajang pertemuan penting bagi para pengusaha, investor, pembuat kebijakan, dan inovator di seluruh kawasan ASEAN untuk mengatasi tantangan paling mendesak di pasar-pasar berkembang.
Forum ini akan dilaksanakan pada 21 - 23 Mei 2025 mendatang, di Grand Hyatt Nusa Dua Bali, dengan tujuan untuk mewadahi gagasan konkret dari para pemangku kepentingan untuk menghasilkan inovasi yang mendorong kemajuan ekonomi akar rumput di Asia.