Denpasar-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Komunikasi yang akurat dianggap penting ditengah situasi pandemi Covid-19 di Indonesia termasuk Bali. Hilir mudik informasi, membuat masyarakat rentan mengonsumsi informasi yang tidak valid. Kurangnya pemahaman terhadap pencegahan maupun penanggulangan covid, termasuk kebijakan PPKM darurat yang dikeluarkan pemerintah pusat berdampak kepada perilaku masyarakat seperti aksi panic buying.
Praktisi kesehatan, dr. I Wayan Agus Gede Manik Saputra M.Ked.Klin,Sp.MK mengatakan, masih banyaknya informasi hoax di tengah pandemi serta minimnya informasi yang diperoleh masyarakat terkait penerapan pembatasan masyarakat, membuat sebagian besar dari mereka menjadi resah sehingga mengambil keputusan yang tak masuk akal, seperti panic buying atau membeli kebutuhan pokok atau obat-obatan dengan jumlah yang banyak.
"Kewaspadaan terhadap virus Covid-19 memang harus ditingkatkan, namun harus tetap dalam batas kewajaran. Jangan sampai pencegahan justru menyebabkan kepanikan lain, sehingga terjadi aksi panic buying yang merugikan orang lain," ungkapnya, Minggu (4/7/2021).
Baca Juga :
Suradnyana Minta Inovasi Pelayanan Publik di Buleleng Terus Dikembangkan
Mulai Terapkan PPKM Darurat, Satgas Covid-19 Buleleng Gelar Pasukan Operasi Amanusa Agung II
Menurutnya, salah satu penyebab keresahan masyarakat saat ini dikarenakan mengkomsumsi informasi hoax dan minimnya informasi soal PPKM darurat yang diperoleh. Masyarakat diharapkan mampu mencari informasi secara benar dan valid, sehingga penanganan kasus ini dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan prosedur.
Manik Saputra menambahkan, dalam kondisi krisis, penyebaran informasi hoax semakin massif. Sementara itu, publik berada dalam situasi yang dinilai tidak jelas dalam mengkonsumsi informasi terkait Covid-19. Padahal, kata dia, kebenaran informasi menjadi acuan masyarakat dalam menyikapinya di sosial. Oleh karena itu, dia menyarankan agar pemerintah menerapkan sistem informasi satu pintu terkait Covid-19.
"Sumber informasi yang paling mudah diakses masyarakat saat ini adalah media sosial. Sayangnya kebiasaan mengonsumsi informasi tanpa melakukan cek dan ricek membuat netizen potensial terpapar hoax. Selain itu, kemasan hoaks yang beredar bermacam-macam. Bisa dari sebuah kelakar namun berujung serius. Seperti hoax yang pernah beredar mengenai bawang putih yang mampu menyembuhkan orang yang terpapar virus Corona," tandasnya. (dha)
Praktisi kesehatan, dr. I Wayan Agus Gede Manik Saputra M.Ked.Klin,Sp.MK mengatakan, masih banyaknya informasi hoax di tengah pandemi serta minimnya informasi yang diperoleh masyarakat terkait penerapan pembatasan masyarakat, membuat sebagian besar dari mereka menjadi resah sehingga mengambil keputusan yang tak masuk akal, seperti panic buying atau membeli kebutuhan pokok atau obat-obatan dengan jumlah yang banyak.
"Kewaspadaan terhadap virus Covid-19 memang harus ditingkatkan, namun harus tetap dalam batas kewajaran. Jangan sampai pencegahan justru menyebabkan kepanikan lain, sehingga terjadi aksi panic buying yang merugikan orang lain," ungkapnya, Minggu (4/7/2021).
Baca Juga :
Suradnyana Minta Inovasi Pelayanan Publik di Buleleng Terus Dikembangkan
Mulai Terapkan PPKM Darurat, Satgas Covid-19 Buleleng Gelar Pasukan Operasi Amanusa Agung II
Menurutnya, salah satu penyebab keresahan masyarakat saat ini dikarenakan mengkomsumsi informasi hoax dan minimnya informasi soal PPKM darurat yang diperoleh. Masyarakat diharapkan mampu mencari informasi secara benar dan valid, sehingga penanganan kasus ini dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan prosedur.
Manik Saputra menambahkan, dalam kondisi krisis, penyebaran informasi hoax semakin massif. Sementara itu, publik berada dalam situasi yang dinilai tidak jelas dalam mengkonsumsi informasi terkait Covid-19. Padahal, kata dia, kebenaran informasi menjadi acuan masyarakat dalam menyikapinya di sosial. Oleh karena itu, dia menyarankan agar pemerintah menerapkan sistem informasi satu pintu terkait Covid-19.
"Sumber informasi yang paling mudah diakses masyarakat saat ini adalah media sosial. Sayangnya kebiasaan mengonsumsi informasi tanpa melakukan cek dan ricek membuat netizen potensial terpapar hoax. Selain itu, kemasan hoaks yang beredar bermacam-macam. Bisa dari sebuah kelakar namun berujung serius. Seperti hoax yang pernah beredar mengenai bawang putih yang mampu menyembuhkan orang yang terpapar virus Corona," tandasnya. (dha)










