Warga di Pesisir Monggalan Dikepung Abrasi, Pasrah Kehilangan Rumah

IMG-20250826-WA0001
Kondisi salah satu rumah warga di Pesisir Pantai Monggalan, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan.

SEMARAPURA-Fajar Bali, Sejak delapan bulan terakhir, warga di pesisir Pantai Monggalan, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung tak bisa tidur nyenyak. Satu per satu rumah warga hancur terkikis abrasi. Sebanyak 4 kepala keluarga (KK) sebelumnya telah kehilangan rumah, kini 3 KK lainnya juga terancam kehilangan satu-satunya tempat berteduh mereka.

Pantauan di lokasi, Senin (25/8/2025), rumah warga dan sejumlah warung yang sebelumnya berdiri kokoh di pesisir pantai sudah hancur tak berbentuk. Hanya tersisa sedikit puing tembok penyengker dan pelinggih sanggah (tempat suci). Geobag yang dipasang untuk tanggul pengaman rupanya gagal menahan terjangan ombak besar. Sehingga rumah-rumah warga hancur hanya dalam waktu beberapa bulan.

Tiga rumah warga yang terdampak milik Dewa Ketut Oka, Dewa Gde Raka, dan Ketut Sukerta. Ketiganya sudah puluhan tahun tinggal di pesisir Pantai Monggalan. Menurut Dewa Ketut Oka saat dijumpai di lokasi, baru kali ini ombak Pantai Monggalan tak terkendali. Kondisi tersebut diduga karena dampak pembangunan tanggul di lokasi program tunnel garam dan pembuatan garam tradisional.

"Dulu tidak pernah sebesar ini ombaknya, baru sekitar delapan bulan terakhir ini jadi besar. Sejak ada proyek pembuatan tanggul," ungkapnya.

Melihat rumahnya yang sudah tak berbentuk, Dewa Oka hanya bisa pasrah. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh angkut di Pelabuhan Monggalan tersebut mengatakan masih bertahan di rumahnya yang sudah hancur. Walaupun tiap malam harus tidur dalam perasaan was-was. Dirinya enggan mengungsi ataupun menumpang tinggal di rumah kerabat yang lebih aman. Lantaran merasa lebih nyaman tinggal rumahnya yang sudah 35 tahun ditempati.

"Kalau mau pindah ke rumah asal (di Kusamba) saya sudah tidak ada tempat lagi. Karena banyak keluarga di sana. Jadi saya tetap di sini saja, walau malam-malam saya sering ketakutan," ungkapnya seraya mengatakan suatu malam, air laut pernah masuk ke dalam rumah sampai setinggi lututnya.

Selain rumah Dewa Oka, kondisi rumah Dewa Gde Raka, dan Ketut Sukerta juga tak kalah memprihatinkan. Bahkan Ketut Sukerta harus memindahkan warung tempat berjualan agar tidak diterjang ombak. Sukerta menyampaikan, satu orang warga yang sering dipanggil dengan sapaan Kadek Brewok sudah diungsikan ke Balai Benih di Dusun Karangdadi, Desa Pesinggahan lantaran rumahnya sudah benar-benar hancur.

"Beginilah kondisi kami, kami tidak bisa melawan kekuatan alam. Semoga saja ombak tidak semakin besar, kalau terus begini kami juga bingung mau pindah ke mana," tuturnya. W-019

Scroll to Top