Sebelumnya, hasil penelitian para siswi kelas XI jurusan MIPA ini sudah dipresentasikan pada ajang Innovation of Animal Science Competition (IASC) V yang diadakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, 4-7 Mei 2018. Hasilnya, tiga siswi tersebut berhasil merengkuh Juara 1 pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional dengan karya “Potensi Limbah Kotoran Sapi sebagai Material Superkapasitor”.
Menurut ketua tim penelitian, Ida Ayu Mirah Putri Pradnya Dewi, ketertarikannya terhadap pengembangan energi listrik sudah tertanam sejak bangku SMP. Mereka juga terinspirasi dari karya senior mereka di sekolah tentang pemanfaatan ampas tahu sebagai sumber energi listrik. Atas dasar itu, ia dan dua rekannya memilih limbah ternak karena diyakini memiliki kandungan yang sama, yakni Selulosa.
“Kandungan itu baru bisa didapat kalau dicampur dengan larutan KOH NaCL NaOH. Kotoran sapi juga dioven di suhu 900 derajat biar bisa jadi karbon,” terang Mirah kepada Fajar Bali, Selasa (15/5/2018).
Mirah menjelaskan, Superkapasitor rekaannya mampu menghasilkan listrik sebesar 4,9 volt, mengalahkan energi satu buah baterai. “Waktu uji coba juga agak takut, karena rentan kesetrum,” ungkap Mirah.
Bagaimana kerjanya? Elektroda (karbon) berbahan kotoran yang dioven tersebut dimasukkan ke dalam lempeng seng berbentuk tabung (menyerupai baterai). Superkapasitor itu kemudian diisi daya. Setelah daya tersimpan, separator yang berfungsi sebagai penghubung kutub positif dan negatif (dalam karbon) mengaliri energi dengan perantara kabel. Kabel kemudian dihubungkan ke lampu LED sehingga dapat menyala.
Anggota lainnya, Ni Kadek Mita Dwi Adnyani mengungkapkan penelitian tersebut sudah dilakukan sejak dua bulan lalu. Bahkan pihaknya mengklaim penemuan ini baru pertama di Indonesia. “Ketika proposal kami diterima lolos, baru kami siapkan bahan presentasi,” ungkapnya dengan ekspresi senang.
Hal yang sulit dilakukan menurutnya adalah pada saat pengumpulan data penelitian, serta uji coba kandungan. Untuk mendapatkan hasilnya, mereka harus bolak-balik Denpasar-Universitas Udayana Bukit Jimbaran untuk melakukan pengujian.
Kepala SMAN 3 Denpasar, IB Sudirga mengapresiasi para siswinya berlaga di tingkat nasional. Apalagi, kata Sudirga, penemuan Superkapasitor berbahan limbah ternak ini merupakan penemuan pertama.
“Kami berharap ini (penemuan) bisa dipatenkan. Dengan begitu, manfaatnya dapat terasa bagi masyarakat luas, terutama dalam hal mengurangi limbah lingkungan,” harapnya.
Sudirga mengakui, kompetisi tersebut diikuti siswinya secara mandiri dengan aktif melihat berbagai selebaran dan informasi di media sosial. Namun begitu, Sudirga patut berbangga karena mereka sudah membawa harum nama sekolah ke kancah nasional.
“Kami juga menghargai siswa yang mengharumkan nama sekolah baik di tingkat daerah, nasional, dan kalau bisa internasional,” gugahnya memungkasi. (eka)