GIANYAR – fajarbali.com | Pandemi covid 19 juga menyebabkan sebagian seniman patung beralih ke usaha lain, guna menopang perekonomian keluarga. Hal ini tidak berlaku bagi seniman patung Ida Bagus Lasem asal Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Dalam keadaan apapun, seniman yang membuat patung piala sepakbola ini, tetap membuat karya seni patung di rumahnya. “Menjadi seniman itu tumbuh, seperti halnya hutan. Laku atau tidak, tetap berkarya,” jelas IB Lasem, Minggu (8/11/2020).
Dikatakan seniman patung kayu ini, bahwa pandemic terjadi di seluruh bagian dunia. “Kalau pandemi ini hampir seluruh dunia juga keadaannya begini. Selaku orang Bali tahu betul soal kabrebebehan, sebab merana ini sudah meluas,” paparnya. Disebutkan meski keadaan pandemi ia pun menyarankan agar jangan meninggalkan kecintaan terhadap seni patung. Mengingat dari sebagian seniman yang ada memilih tetap mematung. “Tetaplah mematung, jangan menunggu laku atau tidak laku. Sebagai seniman tetaplah tumbuh seperti hutan. Biarpun hujan dan kering tetap berkarya. Ini akan menempa menjadi lebih kuat,” ujarnya.
Sebelum pandemic, IB lasem mengaku terbiasa membuat orderan sebanyak empat container dan dibantu oleh sembilan pematung yang ada di sana. “Sekarang masih ada order hanya saja saya lebih memilih salah satu yang dapat saya kerjakan sambil santai, yaitu ada yang disebut dengan gadis pantai,” paparnya.
Patung Gadis Pantai yang dibuatnya, berdasarkan mimpinya. Maka seni tersebut disampaikan tidak dapat terduga dan akan muncul dengan sendirinya. Setelah mimpi biasanya ia langsung mengambil buku dan menggambar dari apa yang akan dibentuk pada kayu tersebut. Setelah itu baru bisa diberikan nama maupun temanya. Ida Bagus Lasem juga mengatakan gadis pantai itu berbahan kayu mahoni yang memiliki tinggi 1 meter 20 centimeter dan memiliki lebar 1 meter.
Dikatakannya juga, seni adalah fakta dan seniman juga menurutnya kadang berharga kadang tidak berharga. “Contohnya kalau berharga sering dicari untuk membuat hasil dari seni patung , salah satunya adalah berupa tapakan yang digunakan sasuhunan,” bebernya. Pentingnya seniman itu, menurutnya bukan perorangan melainkan satu banjar akan mencari, untuk menyelesaikan suatu karya tertentu.(gds).