DENPASAR-fajarbali.com | “Fluktuasi kisah asmara di tengah asrama, timbulkan rasa gembira, dan tak sedikit juga muncul lara. Kisah itu melahirkan karya ‘Gitaning Den Bukit’. Anak-anak sebut itu cerita keseharian, yang mana ada kerinduan yang mendalam, ada harapan, ada cita-cita.” Begitu kata Kepala SMK Negeri Bali Mandara, I Wayan Agustiana, S.Pd., M.Pd di sela-sela giat Bali Mandara Nawanatya (BMN) III 2018, Sabtu malam (28/04/2018).
Keceriaan yang terpancar dari seniman muda yang tampilkan janger kerakyatan, membuat suasana Kalangan Ayodya Taman Budaya Denpasar jadi lebih sejuk. Kelincahan gerak tubuh dan ekspresi manis mereka terasa lebih semarak, kala kesenian tua dipentaskan para siswa-siswi SMK.
SMK Negeri Bali Mandara jadi perhatian di kala itu. Mereka tampil membawakan garapan “Gitaning Den Bukit” yang bercerita tentang keseharian di dalam meraih cita-cita. Kehidupan mereka di asrama, melahirkan beragam kesan seperti cinta, persahabatan, kesetiaan, kerjasama, bahkan persaingan.
Cerita satu atap itu mereka rasa bersama, hingga melahirkan satu ide dalam menentukan konsep janger yang dipentaskan pada Bulan Janger Bali Mandara Nawanatya 2018.
Mereka saling bersahut-sahutan. Corak merah pada pakaian mereka sangat menimbulkan kesan kuat. Garapan tampak hidup ketika penari pria dan wanita saling melempar kata.
Kepala SMK Negeri Bali Mandara I Wayan Agustiana mengatakan, empat lagu kreasi jadi pengiring 12 pasang penari janger kreasi. “Dalam garapan ini kami mengajak generasi muda Bali untuk siap mengahadapi perubahan global ini,” tambah Agustiana.
Dalam persiapan menjelang pentas di BMN, pihaknya mengaku tak memiliki persiapan banyak. Bahkan garapan ini juga dirancang oleh pembina bersama para siswa dalam waktu singkat.
Di lain pihak, SMK Negeri 3 Sukawati juga tampil tak kalah heboh. Menyandang gelar sebagai sekolah kejuruan seni, rupanya karya-karya mereka diperhatikan dengan seksama.
Mereka tampil membawakan garapan “Yohana Jayantika”. Di garapan ini, mereka mencoba menyuarakan pesan agar para pemuda lebih kuat dan semangat dalam membangun negeri. Mereka juga sesekali melempar sindiran di dalam garapannya. “Jadi kalau jadi pemuda itu jangan melempem. Harus kreatif dalam menggali ide,” kata Kepala SMKN 3 Sukawati, IGN Serama Semadi.
Sementara itu pengamat seni yang menjadi kurator dalam pentas BMN 2018 melihat kedua penampil cukup bagus dalam membawakan konsep garapan yang mereka usung masing-masing. “Buleleng (SMK Negeri Bali Mandara) lebih sederhana, tetapi banyak kreasi lagu yang ditampilkan. Kalau mereka tampil lagi, mereka bisa mengambil elemen janger dari menyali sehingga ada style atau gaya khusus,” ujar Prof. Dr. I Made Bandem memuji.
Mengamati karya SMKN 3 Sukawati, Bandem menilai penampilan sekolah yang dulu disebut Kokar itu cukup apik. Oleh sebab itu, Bandem tetap mengapresiasi kerja keras kedua sekolah tersebut karena sama-sama memiliki ciri khas seni pertunjukan. “Untuk SMK 3, potensi anak-anaknya semua kuat. Komposisinya apik dan enerjik,” tutupnya. (Eka)