GIANYAR-fajarbali.com | Sthala Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2025 telah resmi dibuka di Sthala, a Tribute Portfolio Hotel by Marriott, Lodtunduh. Festival ini sukses menyuguhkan pengalaman jazz lintas benua, memadukan talenta lokal dan internasional dalam rangkaian penampilan memukau di dua panggung utama, Subak Stage dan Giri Stage.
Pembukaan UVJF 2025 ditandai dengan sambutan dari sejumlah tokoh penting, termasuk Heru Djatmiko (Head of Ticketing UVJF), Lasta Arimbawa (General Manager Sthala), Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Ketua PHRI dan perwakilan Puri Ubud), serta Ida Ayu Indah Yustikarini (Kepala Divisi Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Bali), yang secara resmi membuka festival ini. Prof. Tjokorda Oka menyampaikan apresiasi tinggi atas konsistensi UVJF sebagai atraksi luar biasa bagi Ubud.
Momen simbolis pemukulan simbal oleh co-founder UVJF Yuri Mahatma dan A.A. Anom Darsana, bersama perwakilan Dinas Pariwisata Gianyar, mengawali kemeriahan. Fanfare dari East West European Jazz Orchestra (EWEJO) menyambut pembukaan, disusul dengan penampilan energik mereka yang menjadi salah satu daya tarik utama hari pertama.
Hari pertama festival menghadirkan delapan penampilan musisi dengan latar dan warna musik beragam. Smokey Chamber Trio (Indonesia) membuka Subak Stage dengan komposisi orisinal, sementara band asal Jerman SILK menyalakan Giri Stage dengan deretan lagu funk dan soul. EWEJO membawakan kekuatan big-band jazz berpadu dengan vokal Dian Pratiwi, disusul Duo Jazz Steps (Vietnam) dengan perpaduan unik jazz modern dan ritme tradisional, serta New Centropezn Quartet (Rusia) yang membawa pengaruh soul dan folk Armenia.
Di Subak Stage, Astrid Sulaiman bersama Soukma dan Doni Wirandana menyajikan komposisi pribadi dan lagu daerah Indonesia dalam nuansa jazz harmonis. Bojan Cvetković Quartet (Serbia) menambahkan sentuhan Balkan, dan Gayatri Quartet menutup hari pertama dengan perpaduan standar jazz dan pop-soul, menciptakan perjalanan musik yang dinamis di tengah panorama alam Ubud.
Malam kedua UVJF 2025 tak kalah memukau, menjadi puncak perayaan musik lintas benua di jantung Lodtunduh. Festival dua hari ini memikat penikmat musik dengan sajian jazz berkelas dunia dalam suasana yang meriah namun tetap intim. Fokus pada dua panggung utama, Giri Stage yang megah dan Subak Stage yang intim di tepi sungai, menciptakan pengalaman mendengarkan yang nyaris magis.
Penampilan hari kedua dimulai dengan Dizzy & Wicked yang memanaskan suasana dengan electro-jazz modern, diikuti East West European Jazz Orchestra yang mengubah Giri Stage menjadi pesta swing dan funk lintas benua. Balawan Trio feat. Jiyestha memukau dengan perpaduan jazz fusion dan gamelan Bali, sementara ROUGE dari Prancis menghadirkan nuansa lirikal yang emosional.
Jazz Traveller membangkitkan kembali energi bossa dan swing klasik, berlanjut ke penampilan Makoto Kuriya Trio dari Jepang yang menghipnotis penonton dengan jazz-fusion lintas generasi. Malam ditutup dengan sentuhan intim dari Mahanada di Subak Stage dan dentuman besar Galaxy Big Band di Giri Stage, mengakhiri festival dengan energi yang membuncah.
Lebih dari sekadar musik, UVJF tahun ini juga mengintegrasikan arsitektur artistik dan kesadaran ekologi. Instalasi layangan raksasa seperti Janggan, Wayang, dan Barong yang dipajang di area festival menjembatani tradisi Bali dengan atmosfer jazz yang bebas. Komitmen terhadap keberlanjutan ditunjukkan melalui sistem gelas deposit, menjaga kebersihan area festival dari sampah plastik.
"Acara ini akan terus berlanjut di tahun depan, karena ini adalah idealisme kami bersama," ujar Anom Darsana, co-founder UVJF, mengungkapkan komitmen untuk melanjutkan festival yang telah menjadi ikon baru Ubud ini. UVJF 2025 bukan hanya tentang musik yang jujur, tetapi juga perpaduan harmonis antara seni, budaya lokal, dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan, meninggalkan janji untuk kembali lebih besar dan menggema lagi di tahun mendatang. (M-001)