DENPASAR-fajarbali.com | SINDROM Metabolik merupakan sekumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung, stroke, diabetes melitus dan gangguan pembuluh darah.
Pasien dengan Sindrom Metabolik diperkirakan 2 kali lipat lebih berisiko untuk terjadi penyumbatan pembuluh darah seperti serangan jantung atau stroke dan 5 kali lipat lebih berisiko terkena diabetes melitus.
Seseorang dikatakan menderita Sindrom Metabolik jika memiliki setidaknya 3 dari gejala berikut :
- Lingkar pinggang > 90cm pada laki – laki dan >80 cm pada perempuan.
- Kadar Trigliserida >150 mg/dL
- Kadar HDL Kolesterol <40 mg/dL pada pria atau <50 mg/dL pada Perempuan
- Kadar Glukosa Darah Puasa >100 mg/dL
- Tekanan darah sistol >130 mmHg atau diastole >85 mmHg
Penyebab Sindrom Metabolik dapat diakibatkan oleh berbagai macam faktor seperti genetik, pengaruh lingkungan serta gaya hidup, obesitas, dan kurangnya olahraga.
Salah satu penyebab utamanya adalah resistensi insulin. Resistensi insulin dapat diakibatkan faktor genetik atau bisa dipicu oleh obesitas.
Insulin merupakan hormon yang membantu mengatur kadar gula di darah dengan mengubah glukosa yang ada didarah kita menjadi cadangan energi di otot dan hati.
Pada kondisi resistensi insulin, sel – sel di otot dan hati menjadi kurang sensitif sehingga glukosa tidak bisa diubah oleh insulin menjadi cadangan energi yang berakibat lonjakan glukosa darah.
Tingginya kadar glukosa darah akan memicu tubuh menghasilkan insulin lebih banyak lagi. Pada kondisi obesitas, jaringan lemak akan menghasilkan asam lemak bebas atau free fatty acids yang dapat meningkatkan resistensi insulin.
Kondisi resistensi insulin dan obesitas berperan penting dalam menyebabkan gangguan gula darah, penimbunan lemak, hipertensi, gangguan jantung serta pembuluh darah dan peradangan kronis.
Semua hal tersebut merupakan karakteristik dari Sindrom Metabolik, akumulasi dari semua hal tersebut dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah yang dapat berakibat menjadi stroke ataupun serangan jantung.
Angka kejadian Sindrom Metabolik sendiri berkisar antara 25,3% sampai 34,2% dari seluruh penduduk pada 2012. Penyakit ini sering terjadi pada usia dewasa dan lansia, namun semakin lama, penyakit ini juga mulai sering ditemukan pada anak – anak dan remaja.
Pada 2020, 3% dari jumlah anak-anak dan 5% dari jumlah remaja di seluruh dunia terdiagnosis sindrom metabolik. Sindrom Metabolik saat ini menjadi pandemi global yang melibatkan jutaan orang di berbagai negara.
Perbaikan gaya hidup merupakan cara efektif untuk menurunkan faktor risiko Sindrom Metabolik. Semua komponen dari Sindrom Metabolik berhubungan dengan gaya hidup yang buruk.
American Heart Association merekomendasikan aktivitas fisik sedang selama 150 menit/minggu, menjaga berat badan ideal, manajemen stres yang baik, diet tinggi serat seperti sayur dan buah, kacang dan ikan.
Pemberian obat pada Sindrom Metabolik umumnya dilakukan jika sudah mengimplementasikan perubahan gaya hidup.
Obat yang diberikan umumnya untuk mengobati hipertensi, kolesterol, dan kadar gula darah tinggi. Pemberian obat juga harus memperhatikan penyakit lain yang diidap oleh penderita.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah, Sindrom Metabolik merupakan sekumpulan kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke hingga berkali – kali lipat.
Penanganan utama adalah dengan memperbaiki gaya hidup yang baik, pemberian obat boleh dipertimbangkan setelah perubahan gaya hidup sudah dilakukan.
Namun, terkadang masih banyak orang yang belum mengetahui mengenai gaya hidup sehat yang tepat. Jika ada kerabat kita yang memiliki gejala diatas, disarankan untuk melakukan konsultasi di fasilitas kesehatan untuk memastikan penanganan yang tepat dan target yang harus dicapai.
Penulis: dr. Steven Jonathan
Â