Seminar yang dihadiri lebih 200 praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan dari berbagai provinsi di Indonesia tersebut digelar serangkaian bulan Pendidikan Nasional. Selain itu, INOVASI juga meluncurkan komunitas dalam jaringan (online) bagi guru dan tenaga kependidikan sebagai media berbagi informasi dan ilmu pengetahuan seputar pembelajaran, praktik kelas, dan sumber daya pendidikan di Indonesia.
Menurut Direktur Program INOVASI, Mark Heyward, fokus dari program tersebut, yakni menguatkan pembelajaran literasi dan nomerasi di Indonesia. Sebagaimana diketahui, pembelajaran literasi dan numerasi (bacaan dan penghitungan) merupakan dasar dari segala disiplin ilmu.
Oleh karena itu, kata Mark, INOVASI siap mencari solusi permasalahan di Indonesia, agar pengembangan kurikulum terkait literasi-numerasi dapat dilakukan. “Apakah solusi untuk meningkatkan hasil pembelajaran literasi-numerasi agak sama, misalnya Jawa Timur dengan Kalimantan Barat dengan Pulau Sumba apakah sama? Belum tentu ya? Kita cari solusi lokal. Kalau kita ‘impor’ solusi dari luar, baik Australia atau India, itu juga belum tentu pas kalau tidak disesuaikan sengan kondisi lokal,” terang Mark di sela-sela pembukaan seminar, Senin (7/5/2018) di kawasan Sanur, Denpasar.
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pembelajaran Pusat Kurikulum Perbukuan (Puskurbuk) Kemendikbud, Dr. Suprananto, M.Ed. Concern pemerintah adalah memperbaiki sistem pembelajaran di sekolah dasar, dengan menitikberat pada persoalan literasi.
“Itu (Literasi-numerasi) adalah basic seluruh pendidikan. Ketika basic itu kuat, maka diharapkan pendidikan di jenjang berikutnya akan lebih mudah. Sulit bagi kita menuntut anak didik kita untuk bisa siap dalam menghadapi abad ke-21 kalau kemampuan belajarnya sendiri belum kuat,” ujar Suprananto.
Lebih lanjut dikatakan, pembenahan model pembelajaran satuan pendidikan SD mesti dilakukan. Apalagi, Kurikulum Nasional 2013 belum sepenuhnya bisa diterjemahkan para guru, sehingga kehadiran INOVASI bisa membantu mempermudah implementasi Kurikulum 2013 yang kini tengah berjalan.
Suprananto menjelaskan, kementerian mengharapkan desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang mana dalam pendidikan dasar, perlu diberlakukannya model pembelajaran berbasis lokal, memanfatkan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pembelajaran kelas. Hal itu dimaksudkan agar aplikasi kurikulum 2013 dapat berjalan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
Sementara itu, Kepala Program Pratham Education India (lembaga pendidikan) yang sekaligus keynote speaker, Devyani Pershad menjelaskan, selama 20 tahun telah dilakukan program-program penguatan pendidikan yang fokus pada upaya memberikan pendidikan layak bagi seluruh anak. Bahkan di beberapa negara di dunia, dirinya telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, khusus memperbaiki model pembelajaran di sekolah dasar.
“Kami terus berinovasi dan melakukan uji coba. Tujuan kami adalah berbagi apa yang telah kami pelajari, dan sebaliknya, memperoleh pengalaman dari konteks Indonesia demi mencapai tujuan yang sama, yaitu kesempatan belajar semua anak,” pungkas Devyani Pershad berbahasa Inggris.
Seminar INOVASI menghadirkan para pembicara dari berbagai lembaga pendidikan daerah, Nasional, hingga Internasional seperti: Indonesia Mengajar, Pratham, Taman Bacaan Pelangi, Save the Children Indonesia, IniBudi, Room to Read, Tanoto Foundation, Organisasi Australia i2i, The Asia Foundation, Yayasan Literasi Anak Indonesia, dan Green School Bali. (eka)