Sekaa Gong Ejo Bang, Desa Adat Kiadan, Desa Plaga, Kecamatan Petang saat tampil dalam PKB ke-47, Kamis (3/7) untuk kesenian khas kabupaten, Duta Badung.Â
MANGUPURA-Fajarbali.com | Sekaa Gong Ejo Bang, Desa Adat Kiadan, Desa Plaga, Kecamatan Petang, Badung menampilkan tradisi "Napak Pertiwi" di Kalangan Angsoka, Taman Budaya (Art Center) dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47, Kamis (3/7). Napak pertiwi merupakan tradisi turun temurun yang ada di Desa Adat Kiadan, Plaga ini juga menampilkan barong dan rangda.
Â
Sekaa Gong Ejo Bang dalam pementasan kali ini mengkreasikan tradisi Napak Pertiwi sebagai garapan karya seni yang menjadi kesenian tradisi Duta Kabupaten Badung.
Â
Menurut Penata Karawitan, I Putu Supyarta karya seni ini merupakan satu kesatuan pertunjukan yang menggambarkan kekayaan spiritual, estetika, dan budaya masyarakat Desa Adat Kiadan melalui perpaduan antara tabuh dan tari sakral yang sarat makna.Â
Â
Diawali dengan Tabuh Petegak Bebarongan "Dangsil", pertunjukan ini mengangkat filosofi persembahan tradisional Dangsil sebagai simbol rasa syukur atas hasil panen dan kesuburan alam. Dangsil, yang dibuat dari anyaman bambu dan dihiasi berbagai sesajen, nilai-nilai ini diwujudkan dalam komposisi musikal petegak yang terdiri atas bagian kawitan, pengawak, dan pengecet.
Â
Dilanjutkan dengan Tari Pendet Pemendak Ratu, yang merupakan persembahan suci untuk menyambut kehadiran Ida Bhatara dalam wujud tapakan atau sesuhunan Barong dan Rangda saat prosesi Napak Pertiwi.Â
Â
"Tarian ini berfungsi sebagai ritual penyucian arena pementasan, diawali oleh tokoh penasar wijil yang membawakan kisah tentang kearifan lokal dan pentingnya pelestarian budaya di Desa Adat Kiadan," ujarnya.Â
Â
Sebagai penutup, kata dia ditampilkan Tari Telek Badung yang menyajikan kisah kosmis tentang turunnya Sang Hyang Tri Semaya ke dunia untuk meredam kekuatan Dewi Durga dan Kala Ludra yang bertemu di Setra Gandamayu. Dewa Brahma menjelma sebagai Jauk, DewaÂ
Wisnu sebagai Telek, dan Dewa Iswara sebagai Barong untuk menetralisir energi negatif demi menjaga keharmonisan alam. "Karya ini menjadi simbol perlindungan spiritual dan keseimbangan semesta," katanya.
Â
Supyarta juga menambahkan bahwa ketiga karya ini berpadu menjadi satu artistik dan spiritual yang merefleksikan ketulusan bhakti, harmoni kosmis, serta jati diri budaya masyarakat Desa Adat Kiadan.
Untuk tampil di PKB 2025, Supyarta mengaku Sekaa Gong Ejo Banh telah mempersiapkan sejak tiga bulan lalu. "Total seniman yang terlibat dalam kegiatan ini sebanyak 50 orang yang terdiri dari penari dan penabuh," ujarnya.W-004