GIANYAR – fajarbali.com | Wilayah Gianyar berpotensi terpapar virus African Swine Fever (ASF) yang menyerang babi. Virus ini menyebabkan kematian babi masal. Kasus ini diduga telah menyerang babi yang menyebabkan kematian babi massal di Tabanan dan Badung. Gianyar sebagai lintasan lalulintas perdagangan babi harus waspada terhadap wabah ini. Dinas Pertanian dan Peternakan Gianyar mulai gencarkan sosialisasi kepada peternak di sentra produksi babi di Gianyar.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Fetrinear (Keswan Kesmas Fet) Distannak Gianyar, Made Santiarka menyebutkan di Gianyar sudah ada babi mati mendadak sebanyak 70 ekor di Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Babi yang mati tersebut berasal dari kurang lebih 25 orang peternak masyarakat. Namun, dari babi yang mati tersebut dikatakan mati dengan gejala gejala yang berbeda. “Kami belum berani memastikan penyebabnya, namun ini gejalanya berbeda,” jelas Made Santiarka.
Dikatakannya, gejala kematian babi di Badung dan Tabanan berbeda dengan yang terjadi di Sukawati, karena gejala penyakit yang menyebabkan kematian itu berbeda- beda. “Ada yang mencret darah ada yang nafsu makan hilang dan gejala lainnya. Kami tak berwenang menyatakan penyampaikan penyakit yang menyebabkan kematian babi-babi itu sebelum ada hasil uji labolatorium,” jelasnya lagi. Dikatakannya, sampel sudah kami kirim ke laboratorium di Denpasar, namun hasilnya belum keluar.
Dibeberkannya, ciri penyakit penyebab kematian babi massal di Tabanan dan Badung adalah, nafsu makan berkurang, lumpuh, ada bintik merah pada kulitnya. Dalam hitungan 5 hari babi akan mati. Untuk mencegah Gianyar terpapar virus ASF tersebut Dinas Pertanian Gianyar gencar melaksanakan sosialisasi. Sosialisasi pertama dilaksanakan di Banjar Abasan, Singapadu Tengah, Senin(27/1/2020) lalu, yang mana banyak babi masyarakat yang mati mendadak. Sosialisasi juga dilakukan di Desa Lodtunduh, Desa Puhu, Desa Bukian. “Melalui sosialisasi ini kami harapkan masyarakat waspada terhadap meluasnya virus ASF ini,” harapnya.
Diimbau kepada peternak agar menjaga keamanan kandang, tidak memberikan orang lain lalulalang di dalam kandang. “Kalau masuk kandang harus bersih dan ganti pakaian jelasnya. Ditekankan, bila menjual babi dalam kondisi sehat dan steril. Yang lucu menurutnya, peternak mandi dang anti pakaian sebelum ke kandang. Pembuangan anak babi yang mati juga harus dikubur. “Walau jenis virus ini tak menular ke manusia, sebaiknya membeli daging yang sehat. Jika ketahuan menjual babi sakit akan berurusan dengan hukum,” tegasnya.
Dari data yang ada, populasi babi mencapai 150 ribu ekor di peternakan besar oleh 50 pengusaha. Selebihnya, dipelihara secara rumah tangga. Peternak asal Banjar Tangkup, Desa Bukian, Payangan I Wayan Arya mengatakan, paparan virus ASF ini membuat khawatir petenak babi. Terlebih di Gianyar sudah ada babi mati yang mendadak. “Sebaiknya penyebab kematian babi di Gianyar segera diketahui, agar peternak waspada terhadap antisipasinya,” harap Wayan Arya. Sedangkan saat ini, harga daging babi di Gianyar masih stabil.(gds)