SEMARAPURA-fajarbali.com | Sekolah Dasar Negeri (SDN) Besan, Kabupaten Klungkung, melahirkan inovasi menarik dalam upaya konservasi air melalui program hibah Tirtanovasi, bagian dari inisiatif Bali Water Protection (BWP) yang dijalankan oleh IDEP Selaras Alam.
Program ini mendorong munculnya gagasan-gagasan baru berbasis sekolah dengan pendekatan partisipatif, menjadikan sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang praktik nyata untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air di Bali.
Salah satu inovasi yang menonjol lahir dari SDN Besan melalui proyek Taman Hujan Sekolah, yang digagas oleh Osila, guru PPPK sekaligus inisiator program ini. Ide tersebut muncul dari keprihatinan terhadap kondisi desa Besan, desa masa kecilnya, yang kini mengalami kekeringan sungai.
“Dulu kami bermain di sungai sepulang sekolah, tapi sejak saya kembali pada 2012, sungai-sungai di sini makin kering. Padahal dulu airnya tetap mengalir sepanjang tahun karena Besan terkenal banyak sumber klebutan (mata air),” ujar Osila.
Kepulangannya ke desa pada tahun 2024 bertepatan dengan musim hujan. Melihat banyak genangan air di sekitar pemandian umum, Osila bersama IDEP Selaras Alam mencari solusi agar air hujan tidak terbuang percuma.
Dari diskusi tersebut lahirlah ide membuat Taman Hujan Sekolah, sebuah sistem terpadu untuk menampung, menyaring, dan memanfaatkan air hujan.
“Sumur resapan bukan hal baru, tapi kami ingin membuat versi yang lebih hidup dan edukatif. Jadi kami rancang taman hujan yang bisa menampung air di kolam, lalu digunakan untuk menyiram tanaman, mengepel, dan keperluan lainnya. Selain konservasi, kami juga menghemat air bersih,” jelasnya.
Sistem kerja Taman Hujan Sekolah sederhana namun efektif. Air hujan dialirkan dari genteng menuju talang air, lalu ditampung di kolam penampungan. Saat kolam penuh, air dialirkan ke area taman hujan untuk meresap ke tanah.
Inovasi ini menggabungkan beberapa sistem konservasi air dalam satu alur terintegrasi. Hasilnya, sekolah mencatat efisiensi penggunaan air bersih hingga 50% dibandingkan sebelum proyek berjalan.
Selain menjadi solusi lingkungan, taman hujan juga menjadi ruang belajar bagi siswa. Anak-anak diajak untuk membibitkan dan menanam tanaman lokal seperti pohon kluwek, kemiri, dan gayam.
Aktivitas ini tidak hanya memperkaya keanekaragaman hayati lokal, tetapi juga menanamkan nilai-nilai pelestarian lingkungan sejak dini.
Meski menghadapi tantangan dalam merawat bibit tanaman, semangat para siswa tetap tinggi. Kini, taman hujan menjadi tempat bermain sekaligus ruang belajar favorit di sekolah.
Kepala SDN Besan, Wayan Yudiartana, mengatakan bahwa tujuan utama program ini memang berfokus pada edukasi.
“Tujuan kami yang pertama adalah edukasi kepada anak-anak. Kami ingin mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari lingkungan sekitar,” ujarnya.
Menurut Osila, edukasi konservasi air sangat penting untuk memperluas pemahaman anak-anak tentang siklus air, bukan hanya soal menghemat penggunaan.
“Anak-anak perlu tahu bahwa air bisa diolah kembali dan dimanfaatkan berulang. Di kota-kota, lahan resapan makin sedikit, dan ini tantangan besar bagi kita semua. Pemerintah juga perlu mulai melihat kondisi air di Bali secara lebih serius,” ujarnya.
Melalui inovasi Taman Hujan Sekolah, SDN Besan menunjukkan bahwa kepedulian terhadap air bisa dimulai dari langkah kecil di lingkungan sekolah.
Dengan kolaborasi bersama IDEP Selaras Alam, sekolah ini berhasil membuktikan bahwa inovasi berbasis masyarakat mampu menghadirkan solusi nyata untuk masa depan air di Bali.
Melalui lomba Tirtanovasi yang diselenggarakan pada tahun 2024, IDEP Selaras Alam mengajak sekolah-sekolah di Bali untuk berinovasi dalam upaya pelestarian air.
Lomba ini dirancang dengan pendekatan bottom-up, yang menempatkan sekolah bukan sebagai penerima manfaat, tetapi sebagai subjek dan agen perubahan dalam menyelesaikan masalah lingkungan.
“Lomba ini menggunakan pendekatan di mana masyarakat dilihat bukan sebagai obyek penerima manfaat, melainkan sebagai subyek dan agen perubahan dalam menyelesaikan masalah publik. Kami percaya masyarakat mampu menghasilkan inovasi dan solusi lokal dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Bukan untuk menggantikan peran negara, tetapi untuk mempercepat penyelesaian masalah dengan menunjukkan potensi inovasi berbasis masyarakat,” ujar Muchamad Awal, Direktur Eksekutif IDEP Selaras Alam. (rel)










