Perbekel Desa Carangsari, Made Sudana menyebut, sebenarnya permasalahan sampah merupakan masalah yang dialami hampir semua desa. Kendati, pihaknya di Desa Carangsari sudah memiliki TPS, namun tetap saja masih kurang mencukupi.
"Tadi saja saya bersurat ke DLHK meminta bantuan untuk mengambil sampah. Sebetulnya kami punya TPS tapi kecil, tidak cukup menampung semua. Saya baru satu bulan menjabat PR pertama langsung menghadapi masalah sampah 20 truk," katanya ditemui di Kantor Desa Carangsari, Selasa (30/3/2021).
Baca Juga :
Fenomena “Fatherless” di Indonesia dan Dampaknya bagi Anak
Si Jago Merah Mengamuk di Gudang dan Mess Alfamart Sesetan
Lantaran keterbatasan tempat penampungan sampah, pihaknya meminta bagi masyarakat yang masih memiliki kebun belakang rumah (tebe) diimbau untuk mengelola sendiri. Sedangkan, bagi yang tidak memiliki tebe pihak kebersihan desa akan mengangkut dengan syarat dipilah.
"Yakni, dipisahkan antara sampah organik dan non organik. Kan harus diawali di rumah tangga dulu. Kami selalu mengimbau itu (memilah-red) kepada masyarakat," ungkapnya.
Pada setiap acara apapun pihaknya mengaku, selalu mengingatkan masyarakat terkait pentingnya pemilahan sampah di rumah tangga.
"Siapapun pemimpin jika masyarakatnya tidak sadar akan susah. Apalagi kita juga punya pasar adat. Itu kendala yang cukup besar," kata Sudana.
Pihaknya mengaku, saat ini tengah menjajaki kerjasama dengan Desa Petang untuk pengelolaan sampah. Sebab katanya, Desa Petang memiliki tempat pengelolaan sampah yang cukup luas.
"Disana lokasinya besar, sementara kita bawa kesana dulu untuk mengosongkan yang disini. Apalagi musim hujan sampah numpuk, kita bakar juga tidak mungkin. Desa lain ada juga yang membawa kesana (petang-red). Sebetulnya, tahun 2020 sempat ada rencana pengadaan mesin dari Pemerintah Kabupaten Badung untuk Desa Carangsari dengan dana sebesar Rp. 1 miliar. Namun, kemudian Covid-19 menyerang akhirnya pengadaan mesin tak bisa terealisasi. Padahal pihak Desa Carangsari sudah memiliki lahan," jelasnya.
Saat ini memang sulit membuat program-program di desa, sebab kondisi keuangan di situasi pandemi ini sangat sulit. Sejumlah kegiatan desa pun harus tertunda. Sementara, untuk program kerja jangka pendek, pihaknya sebetulnya telah merencanakan memberikan bantuan bibit tanaman kepada masyarakat dengan memanfaatkan tanah kosong. Namun, lagi-lagi terkendala keuangan.
"Kami sebenarnya telah merancang pariwisata berbasis pertanian di Desa Carangsari. Apalagi disini ada ikon I Gusti Ngurah Rai. Tapi ya, seperti yang saya bilang tadi kendala di dana. Apalagi pak Sekda juga telah mengimbau utamakan untuk operasional dan tunda kegiatan fisik," jelasnya. (put)