Rahajeng Semeng Pak Gubernur : Minim Peminat, Regenerasi Seni Lukis Gaya Ubud berkurang

(Last Updated On: 23/12/2019)

GIANYAR – fajarbali.com | Bali sangat kaya dengan karya seni yang memiliki estetika dan nilai jual tinggi. Tidak hanya sebatas seni pertunjukannya saja, seni rupa dan seni lukisannya pun memiliki daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Sebut saja salah satunya adalah lukisan gaya Ubud. Seni lukis ini sudah tak diragukan lagi di kalangan seniman dan kolektor dunia. Namun seiring waktu, muncul kekhawatiran akan tidak adanya regenerasi, mengingat para seniman lukis Ubud saat ini rata-rata telah memasuki usia senja.

 

Seniman asal Ubud, Made Ary menuturkan, pemerintah hendaknya gencar memberikan panggung bagi para seniman Ubud untuk menampilkan karya-karyanya melalui pameran, sekaligus melakukan upaya regenerasi kepada seniman muda agar seni lukis Ubud tidak sirna.

“Kami menyadari bahwa seni lukis gaya Ubud saat ini berada pada tahapan yang kritis, para pelukisnya sudah mulai tua, sementara generasi muda penerusnya belum ada,” ujar Made Ary, Minggu (22/12/2019).

Dikatakannya, lukisan gaya Ubud diibaratkan sebagai bunga yang sangat indah. Namun dalam kurun waktu 10-20 tahun ke depan, bila para pelukis senior tidak ada lagi maka keindahan bunga itu akan berkurang, bahkan hilang.

“Inilah yang ingin kami bangun, mari melukis lagi. Kami para seniman tua ingin pemerintah maupun seniman lainnya tidak sekadar memajang dan menjual lukisan tapi juga menjadi wahana bagi anak muda untuk bisa melukis seperti ini,” tuturnya.

Made Ary yang juga owner Gallery Ubud Diary menambahkan, daya tarik Bali bagi orang asing yang datang adalah karena budaya dan keindahan alamnya yang tak bisa ditemukan di negara lain. Selain itu, banyak dari mereka memperkenalkan Bali lewat goresan lukisan yang menggambarkan Bali dari berbagai aspek seperti masyarakat, kebiasaan, tradisi, dan sisi spiritual pulau dewata kepada dunia.

“Daerah Gianyar khususnya Ubud memang sangat istimewa. Daerah yang tumbuh menjadi perkampungan para seniman sejak akhir era 1920-an dan awal tahun 1930-an ini, mengalami perubahan sejak seni lukis klasik Ubud terpengaruh dengan pengaruh luar, yang menyebabkan kemajuan pesat yang terjadi di dalam bidang seni lukis. Walaupun demikian, regenerasi penerus justru semakin berkurang hingga saat ini. Minimnya generasi muda yang berkecimpung dalam melestarikan seni lukis gaya Ubud cukup membuat kami khawatir,” imbuh Made Ary.

Made Ary meminta pemerintah daerah khususnya kepada Gubernur Bali tidak hanya sebatas mempromosikan hasil karya para seniman, namun turut berperan aktif menjaga keberlangsungan seni budaya Bali, khususnya seni lukis gaya Ubud.

“Kami berharap peran pemerintah dan galeri-galeri lainnya secara berkelanjutan ikut berkolaborasi atau bekerja sama dalam upaya menjaga dan mengembangkan seni lukis Bali, baik yang tradisional maupun modern serta memperkenalkan kepada generasi muda sehingga mampu menjadi penerus kebudayaan Bali dibidang seni lukis ini,” tutup Made Ary.(hen).

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

SM FIASB UMHI Gelar Seminar ‘Pengakuan Penulis Tantra’

Sen Des 23 , 2019
Dibaca: 15 (Last Updated On: 23/12/2019)DENPASAR – fajarbali.com | Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Seni dan Budaya (SM FIASB), UNHI, Jumat (20/12) lalu menggelar seminar bertemakan ‘Pengakuan Para Penulis Tantra.’ Seminar ini mengundang tiga penulis buku Tantra di Bali, diantaranya Budi Utama (penulis Lokalisasi Tantra di Bali), Ketut Sandika (penulis Tantra, […]

Berita Lainnya