Pria Gondrong Ngaku Dikeroyok 10 Orang Gegara Buang Sampah Sembarangan

IMG_20250318_184514
DENPASAR -fajarbali.com |Hanya karena buang sampah sembarangan, Muhamad Reza Pratama (33) dikeroyok hingga babak belur, pada Sabtu 15 Maret 2025 malam. Ia diperlakukan tidak manusiawi, diseret, dipukul hingga di olok olok. Pelaku pengeroyokan diduga berjumlah 10 orang dan masih dalam pengejaran aparat kepolisian. 
 
Ditemui di rumahnya, korban menuturkan peristiwa yang dialaminya itu terjadi di 2 lokasi. Pertama di samping Gereja Mawar Sharon (GMS), Jalan Buana Kubu, Padangsambian, Denpasar Barat. Kedua, di Balai Banjar Buana Kubu. 
 
Pria asal Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan ini menduga motif pengeroyokan itu gegara buang sampah sembarangan di samping Gereja Mawar Sharon. 
 
Beberapa saat, datanglah sekitar 10 orang laki laki dan langsung menanyakan mengapa buang sampah disana. Korban terdiam. Saat itulah para pelaku menghajarnya beramai-ramai. 
 
"Mereka memukul beramai-ramai dengan tangan kosong, menendang, baju dan celana dilepas paksa hingga hanya celana dalam," kisah korban dengan mimik wajah sedih. 
 
Korban mengaku tidak melakukan perlawanan. Bahkan, ia sempat memohon maaf dan minta jangan pukul. Ia juga rela membayar denda. 
 
"Saya juga bilang siap bayar denda karena buang sampah sembarangan. Namun mereka terus memukuli saya," terangnya. 
 
Para pelaku tidak berhenti memukul. Korban diseret hingga menuju Balai Banjar Buana Kubu. Disanabanyak orang yang sedang mengerjakan ogoh-ogoh. Tak pelak, orang di banjar itu ikut menghajarnya. 
 
Korban ngaku tidak tahu berapa jumlah pelaku yang memukulinya. Tapi dia menafsir puluhan orang. 
 
"Mungkin puluhan orang. Saya hanya bisa berzikir. Ada yang mau mencukur rambut saya. Ada pula yang olok-olok dengan mengatakan jangan bawa Tuhan," ungkapnya. 
 
Puas menganiaya korban, para pelaku melepaskanya dengan catatan sepeda motor dan KTP ditahan karena tak sanggup bayar denda Rp 5 juta. Setelah dilepas para pelaku, korban langsung pergi ke RS Bhanyakara Trijata Polda Bali untuk berobat. Lalu, pada Minggu 17 Maret 2025 korban membuat laporan ke Polresta Denpasar. 
 
"Mereka lepas saya pada Minggu (17/ dinihari sekitar pukul 01.00 Wita. Saya langsung ke RS untuk berobat, kemudian Minggu malam baru saya buat laporan di Polresta Denpasar," lanjutnya. 
 
Korban mengaku dia datang merantau ke Bali karena baginya tanah Bali dan orang Bali adalah orang yang ramah. Namun anggapannya itu semua seketika berubah menjadi Bali tidak baik. 
 
"Waktu dikeroyok ada pemuka atau tokoh setempat yang lihat, namun mereka acuh tak acuh. Seolah-olah tindakan brutal itu dibenarkan oleh mereka. Pada hal saya sudah mengaku salah, mohon maaf, dan siap bayar denda, tetapi tetap saja mereka bertindak tidak manusiawi," imbuhnya. 
 
Hingga, Selasa (18/3) siang kemarin dirinya belum menerima perkembangan hasil penyelidikan dari kepolisian. Dia berharap pihak kepolisian tidak mengabaikan kasus ini agar tidak dibenarkan oleh masyarakat lainnya. 
 
"Motor dan KTP saya ditahan karena tidak bayar denda Rp 5 juta sesuai aturan adat setempat. Padahal saya sudah mereka keroyok sampai babak belur," pungkasnya.
 
Sementara Kasu Humas Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi mengatakan laporan tersebut sedang ditangani Satreskrim. 
 
"Saya belum dapat detail kronologis kasusnya. Pastinya semua laporan dari masyarakat yang kita terima pasti ditindaklanjuti," ujar AKP Sukadi. R-005 
Scroll to Top