https://www.traditionrolex.com/27 Pola Makan Keliru Timbulkan Gizi Buruk Pada Balita - FAJAR BALI
 

Pola Makan Keliru Timbulkan Gizi Buruk Pada Balita

(Last Updated On: 17/11/2020)

DENPASAR – fajarbali.com |  Kurang gizi pada anak dapat berdampak buruk pada tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, orang tua harus memahami penyebab dan gejala anak kurang gizi, sehingga dapat mencegahnya.

Anak kurang gizi bisa disebabkan oleh kekurangan makronutrisi, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein; atau mikronutrisi, yaitu vitamin dan mineral. Kurang gizi dapat membuat anak mengalami gangguan pertumbuhan, seperti berat badan kurang, perawakan yang pendek, bahkan mengalami gagal tumbuh.

   Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, MPPM mengatakan, pemberian pola makan yang tidak baik atau keliru, menjadi salah satu penyebab terjadinya gizik buruk pada balita. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pola makan sehat dan gizi yang seimbang merupakan penyebab paling umum kurang gizi pada anak. Bila orang tua tidak mengetahui jenis dan jumlah nutrisi yang dibutuhkan anak, asupan nutrisi yang diberikan bisa tidak mencukupi kebutuhan anak sehingga ia menjadi kurang gizi.

   “Yang menjadi penyebab terjadinya gizi kurang, gizi buruk, dan stunting (kerdil), sebenarnya bukan semata karena konsumsi yang kurang, melainkan pola makan yang tidak baik atau keliru yang dibiasakan oleh para orang tua maupun pengasuh,” katanya saat dihubungi, Senin (16/11/2020).

   Menurut dia, ada kecenderungan orang tua zaman sekarang yang lebih banyak memberikan makanan cepat saji (fast food) dan makanan dengan nutrisi yang rendah (junk food). “Akhirnya kebiasaan atau pola makan balita maupun anak-anak menjadi tidak sehat dan cenderung tidak menyukai makan sayur maupun buah-buahan,” ucapnya.

   Terkait persoalan gizi kurang, lanjut Suarjaya, prevalensi kasusnya di Bali sejauh ini paling rendah jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Sementara untuk gizi buruk, dalam artian balita yang saat ditimbang beratnya di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS) masih ditemukan. “Untuk stunting memang masih terdeteksi ada di Bali tetapi jumlahnya tidak signifikan,” katanya.

   Oleh karena itu, Suarjaya menganggap sangat penting adanya edukasi mengenai pola makan yang tepat untuk bayi maupun balita. Terutama untuk 1.000 hari pertama kehidupan (dimulai dari sejak kandungan hingga usia dua tahun) karena itu merupakan periode emas pertumbuhan yang sangat menentukan.

   Menurut dia, untuk balita yang berpotensi stunting misalnya, sudah bisa dilihat ketika bayi itu baru lahir yakni ditandai dengan beratnya yang rendah dan panjangnya kurang dari ukuran bayi normal. “Untuk mencegah terjadinya persoalan gizi pada anak-anak, kami dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan kabupaten/kota telah melakukan program promosi kesehatan berbasis keluarga, yakni para petugas puskesmas rutin ditugaskan mengadakan kunjungan hingga tingkat keluarga,” terangnya.

   Selain memberikan informasi mengenai masalah kesehatan secara umum, para petugas sekaligus turut mengedukasi atau memberikan pemahaman pentingnya gizi seimbang, yang sudah harus dilakukan sejak bayi dalam kandungan. “Di samping itu, juga ada program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk penyuluhan dan pemulihan. Lewat program ini, diharapkan para balita di Bali dapat terbebas dari ancaman stunting,” tutupnya. (dar).

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Pertama di Indonesia, Gianyar Cairkan Hibah Pariwisata

Sel Nov 17 , 2020
Dibaca: 13 (Last Updated On: 17/11/2020)GIANYAR – fajarbali.com | Gianyar menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang mencairkan hibah pariwisata. Untuk Senin (16/11/2020)diberikan kepada 160 wajib pajak hotel dan restaurant di Gianyar. Pemberian dana hibah ini di Rumah Luwih Desa Lebih, Gianyar.   Save as PDF

Berita Lainnya