Pertama Di Indonesia, Toya Salt Hadirkan Varian Garam Dengan Rempah-Rempah Nusantara

Ni Made Toya dengan produknya Toya Salt-0d2640ef
Toya Salt

Loading

Ni Made Toya dengan produknya "Toya Salt"

 

GIANYAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber mineral alami, salah satunya garam. Meski demikian, Indonesia masih mengimpor garam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi harian. Melihat potensi yang ada, Ni Made Toya pun terpikir untuk membuat produk garam yang mengambil bahan dari dalam negeri. Kemudian diolah secara tradisional untuk memberdayakan petani garam lokal.
 
Dengan brand Toya Salt, Ni Made Toya membangun usahanya di Bali dan pertama di Indonesia bahkan dunia. Toya Salt menyediakan berbagai varian garam, mulai untuk memenuhi kebutuhan memasak, hingga untuk relaksasi (Spa). Garam masak yang ditawarkan Toya Salt memiliki beberapa varian. Ada garam dengan berbagai rasa, garam asap atau smoked salt hingga black garlic salt. Setiap garam yang diproduksi diambil dari sumber daya lokal yang berasal beberapa Provinsi di Indonesia.
 
Bahkan semua rasa rempah-rempah dari produk Toya Salt yang ada juga diambil dari berbagai daerah Indonesia. Selain itu, produk garam dengan aneka rasa memang cukup digemari konsumen baik di dalam maupun luar negeri. "Kami mengambil seluruh bahannya secara lokal, karena kami menyadari petani garam di Indonesia masih belum mendapatkan upah yang cukup. Saya memang berniat untuk menyejahterakan dan mengangkat derajat kehidupan petani garam di Indonesia," ungkap Ni Made Toya saat launching Toya Salt di Toya Salt, Yaari Toya Studio & Gallery, Seasoned Restaurant, Ubud, Kabupaten Gianyar, Sabtu (20/8) malam.
 
Pihaknya mengakui jika dirinya memang aslinya adalah dari keluarga petani garam. Karena itu dirinya mengetahui betul bagaimana susahnya kehidupan petani garam. Tonggak niatnya membantu petani garam terjadi pada tahun 1990 saat Ni Made Toya ke Jepang. Di Negeri Matahari Terbit, ia melihat petani garam sangat dihargai masyarakat atau lingkungan sekitarnya dan tidak seperti di Indonesia.
 
"Karena itu, saya kemudian mulai belajar. Tiap libur kerja setiap tahun saya berkunjung ke petani garam di Okinawa yang sangat terkenal dengan tradisi garam. Saya belajar dan lihat bagaimana mereka mengolah garamnya dan ternyata sama seperti di Indonesia. Kemudian tahun 1994, saya juga sempat pergi ke Korea. Disana terkenal dengan smoked salt. Saya juga berkunjung ke Prancis yang sangat terkenal dengan produk garamnya. Dari tiga negara tersebut saya belajar, dan saya coba membuat dengan garam kita sendiri saat pulang ke Indonesia tahun 2000. Lalu saya mencoba membuat aneka produk garam dengan berbagai cita rasa dari garam asli Indonesia," bebernya dihadapan awak media.
 
Keberhasilan itu membuat Toya semakin berkeinginan bisa membantu petani supaya garam Indonesia jadi terkenal dan harganya pun dihargai tinggi. Kemudian ia membangun usaha dengan nama Toya Salt yang bertujuan mendukung petani garam Indonesia. "Saya fokuskan pas pulang ke Bali 6 tahun lalu. Saya putuskan memulai bisnis garam untuk membantu petani garam. Namun saya akui jika garam yang dihasilkan petani di Bali memang mutunya masih kurang baik, karena diproduksi secara tradisional," ucapnya.
 
Untuk membangkitkan potensi garam, Toya pun berusaha membina petani agar menghasilkan garam berkualitas. Bukan hanya di Bali, tapi di sentra garam di Indonesia. Dengan motto Salt Is My Life, Toya Salt akan membantu petani garam dengan membuat garam lebih inovatif dan sehat. Untuk itu, kualitasnya harus memiliki standar lebih tinggi dari harga pasaran yang dijual petani garam.
 
Saat ini Toya Salt memiliki puluhan varian smoked salt. Namun demikian ada juga rasa mix yang di oven dan garam untuk spa. Selain garam untuk masakan, Toya Salt menyediakan bath salt atau garam untuk campuran berendam maupun relaksasi dengan berbagai varian yang memiliki aroma berbeda. Untuk garam relaksasi antara lain sandalwood (Cendana), mint, lavender, dan masih banyak lainnya. M-001
Scroll to Top