TABANAN-fajarbali.com | Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, kini menapaki langkah menuju kemandirian ekonomi sesuai dengan visi dan misinya yang diupayakan terwujud dengan pengembangan agrowisata dan ekonomi sirkular.
Melalui Program Desa Binaan (PDB) multitahun dengan pendanaan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) RI, desa ini memanfaatkan potensi alam, sumber daya manusia, serta dukungan berbagai pihak untuk mengembangkan sektor pariwisata melalui pembinaan Pokdarwis, meningkatkan nilai jual komoditas pertanian, dan mengelola sampah secara terpadu.
Sesuai dengan hasil pengamatan, diskusi bersama aparat desa, PDB di Batungsel bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat desa binaan yang terdiri dari pemerintah desa, pengelola objek wisata, kelompok petani, PKK, serta muda-mudi.
Perguruan tinggi atau Universitas yang terlibat dalam program ada dua, yaitu Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar dan Universitas Triatmamulya (Untrim).
Tim dosen lintas bidang ilmu dari Unmas antara lain Prof. Dr. I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini, S.S., M.Hum., pemerhati bahasa media untuk promosi wisata yang berperan mengembangkan strategi branding agrowisata, I Gusti Ngurah Made Wiratama, S.Pd., M.Si., dosen teknik lingkungan yang berpengalaman dalam pengelolaan sampah, Prof. Dr. Ni Gusti Agung Gde Eka Martiningsih, M.Si., dosen agribisnis, menggarap aspek pengelolaan wilayah berbasis masyarakat.
Sedangkan Dr. Ni Luh Putu Agustini K., SE., M.M., dari Untrim membantu dalam membina UMKM ekspor juga fokus pada peningkatan daya saing produk lokal untuk pasar global.
Sebagai kegiatan multitahun, tahun pertama pelaksanaan PDB pada 2024 difokuskan pada persiapan dan penguatan fondasi.
Sejumlah kegiatan dilakukan, antara lain penyediaan peta konektivitas tempat usaha wisata melalui aktivasi kelompok sadar wisata, penambahan fitur Virtual Tour 360 untuk promosi di website kelompok usaha wisata dan pertanian, serta pengidentifikasian tanaman sebagai penunjuk informasi di area agrowisata.
Selain itu, tim juga mendampingi perencanaan pengembangan komoditas kopi dan produk buah unggulan. Diskusi intensif juga dilakukan bersama perangkat desa, PKK, kelompok muda, pelaku wisata, dan petani untuk memastikan kesiapan, dukungan, dan partisipasi aktif seluruh pihak dalam mengelola sampah berbasis sumber.
Memasuki 2025, PDB berfokus pada diversifikasi paket kegiatan agrowisata, pelatihan manajemen usaha wisata untuk penguatan sumber daya manusia kelompok sadar wisata, serta pengembangan promosi berbasis teknologi informasi melalui QR Code tiga dimensi yang terhubung dengan website.
Di bidang pertanian, penguatan produksi kopi robusta untuk pasar ekspor menjadi prioritas. Sementara di sektor lingkungan, sarana prasarana pengelolaan sampah, mendapat perhatian, optimalisasi pemanfaatan kompos rumah tangga untuk tanaman budidaya, serta terus memandu untuk peningkatan kegiatan pengelolaan sampah melalui simulasi bank sampah.
Pendampingan menjadi kunci keberhasilan PDB Batungsel. Program dirancang agar memberi kesempatan belajar yang sesuai kebutuhan masyarakat, selaras dengan nilai budaya lokal, potensi desa, dan kondisi nyata di lapangan.
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengukur pemahaman mitra terhadap manfaat program, partisipasi kelompok selama kegiatan, perkembangan diversifikasi produk dan promosi wisata, produksi olahan sampah, penguatan hasil kopi robusta dan buah unggulan, serta ketersediaan aset kelompok mitra.
“Batungsel memiliki potensi luar biasa. Dengan sinergi semua pihak, kami optimis desa ini akan menjadi model desa mandiri yang memadukan agrowisata, pertanian bernilai tinggi, dan pengelolaan lingkungan,” ujar Prof. Sri Jayantini, ketua pelaksana PDB.
Harapannya, PDB tidak hanya membawa manfaat jangka pendek, tetapi juga menumbuhkan kesadaran, motivasi, dan rasa memiliki di kalangan warga. Dengan demikian, Desa Batungsel bisa menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain di Bali dan Indonesia.