DENPASAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Selama pandemi masih terjadi, masyarakat diminta tidak berharap banyak dari sektor pariwisata yang kini kondisinya semakin melemah dan sulit untuk pulih dalam jangka waktu dekat. Oleh karena itu, diperlukan transformasi ekonomi di sektor non-pariwisata, salah satunya melalui pertanian.
Pengamat ekonomi Ida Bagus Raka Suardana, Selasa (31/8) mengatakan, untuk menggeliatkan kembali sektor pertanian Bali di tengah kondisi pandemi Covid-19 haruslah disertai sentuhan teknologi.
"Selama pandemi ini, jika kita berharap banyak dari pariwisata tentu akan sulit. Oleh karena itu, diperlukan penggerak ekonomi di sektor nonpariwisata, salah satunya sektor pertanian," katanya.
Ia menuturkan bahwa di era moderen seperti sekarang ini tidak cukup lagi pertanian jika dikembangkan dengan cara-cara konvensional, yang identik dengan kesan kotor sehingga membuat generasi muda enggan menggelutinya. Dia mencontohkan betapa komoditas salak dari Sibetan, Kabupaten Karangasem, ketika panen harganya sangat murah sehingga tak jarang petani enggan untuk memanennya.
Baca juga :
Proyek Mall Pelayanan Publik Tiga Kali 'Dicoret', Anggaran Rp35 Miliar Terdampak Refocusing
98 Persen Siswa Sudah Divaksin, Klungkung Belum Bisa Mulai PTM
"Beda halnya dengan apel di daerah Malang, Jawa Timur, yang juga diolah menjadi berbagai macam keripik sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan membuat petani lebih sejahtera. Begitu juga dengan sentuhan teknologi yang dimanfaatkan Komunitas Petani Muda Keren di Kabupaten Buleleng," ucap.
Selain itu, kata dia, sejumlah komoditas pertanian seperti vanili, kakao, kopi dan manggis agar potensi ekspornya lebih digenjot lagi sebagai strategi bertahan di tengah kondisi pandemi. Menurut dia, pemerintah pun harus mendukung dengan sejumlah kebijakan dan penganggaran yang berpihak pada sektor pertanian.
"Pandemi menyebabkan ekonomi Bali sangat terpuruk karena 68 persen PDRB-nya dari sektor tersier (jasa), sedangkan sektor pertanian hanya rata-rata 14 persen. Padahal dulu pertumbuhan ekonomi Bali selalu di atas rata-rata nasional," imbuhnya.
Selain sektor pertanian, Raka menambahkan, transformasi ekonomi yang dapat dilakukan di antaranya dengan pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya dan berbasis teknologi informasi, kemudian refocusing pariwisata untuk sektor-sektor potensial dan sebagainya.
"Seperti yang kita ketahui, selain pertanian, sektor ekonomi yang masih bergerak di Bali dari sisi UMKM di antaranya usaha kuliner, industri rumahan, industri kreatif dan event organizer. Kemudian di sektor industri berupa pengolahan hasil pertanian dan pengolahan hasil laut," terangnya.
Pihaknya meminta agar dilakukan sinergi dari berbagai komponen untuk menggeliatkan kembali ekonomi Bali yang mengalami keterpurukan dari dampak pandemi Covid-19.
"Harus ada peran-peran pemerintah pusat, ada peran Kemenpar, ada peran Kementerian Koperasi dan UMKM, pemerintah daerah dan sebagainya," pungkasnya. (dha)
Pengamat ekonomi Ida Bagus Raka Suardana, Selasa (31/8) mengatakan, untuk menggeliatkan kembali sektor pertanian Bali di tengah kondisi pandemi Covid-19 haruslah disertai sentuhan teknologi.
"Selama pandemi ini, jika kita berharap banyak dari pariwisata tentu akan sulit. Oleh karena itu, diperlukan penggerak ekonomi di sektor nonpariwisata, salah satunya sektor pertanian," katanya.
Ia menuturkan bahwa di era moderen seperti sekarang ini tidak cukup lagi pertanian jika dikembangkan dengan cara-cara konvensional, yang identik dengan kesan kotor sehingga membuat generasi muda enggan menggelutinya. Dia mencontohkan betapa komoditas salak dari Sibetan, Kabupaten Karangasem, ketika panen harganya sangat murah sehingga tak jarang petani enggan untuk memanennya.
Baca juga :
Proyek Mall Pelayanan Publik Tiga Kali 'Dicoret', Anggaran Rp35 Miliar Terdampak Refocusing
98 Persen Siswa Sudah Divaksin, Klungkung Belum Bisa Mulai PTM
"Beda halnya dengan apel di daerah Malang, Jawa Timur, yang juga diolah menjadi berbagai macam keripik sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan membuat petani lebih sejahtera. Begitu juga dengan sentuhan teknologi yang dimanfaatkan Komunitas Petani Muda Keren di Kabupaten Buleleng," ucap.
Selain itu, kata dia, sejumlah komoditas pertanian seperti vanili, kakao, kopi dan manggis agar potensi ekspornya lebih digenjot lagi sebagai strategi bertahan di tengah kondisi pandemi. Menurut dia, pemerintah pun harus mendukung dengan sejumlah kebijakan dan penganggaran yang berpihak pada sektor pertanian.
"Pandemi menyebabkan ekonomi Bali sangat terpuruk karena 68 persen PDRB-nya dari sektor tersier (jasa), sedangkan sektor pertanian hanya rata-rata 14 persen. Padahal dulu pertumbuhan ekonomi Bali selalu di atas rata-rata nasional," imbuhnya.
Selain sektor pertanian, Raka menambahkan, transformasi ekonomi yang dapat dilakukan di antaranya dengan pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya dan berbasis teknologi informasi, kemudian refocusing pariwisata untuk sektor-sektor potensial dan sebagainya.
"Seperti yang kita ketahui, selain pertanian, sektor ekonomi yang masih bergerak di Bali dari sisi UMKM di antaranya usaha kuliner, industri rumahan, industri kreatif dan event organizer. Kemudian di sektor industri berupa pengolahan hasil pertanian dan pengolahan hasil laut," terangnya.
Pihaknya meminta agar dilakukan sinergi dari berbagai komponen untuk menggeliatkan kembali ekonomi Bali yang mengalami keterpurukan dari dampak pandemi Covid-19.
"Harus ada peran-peran pemerintah pusat, ada peran Kemenpar, ada peran Kementerian Koperasi dan UMKM, pemerintah daerah dan sebagainya," pungkasnya. (dha)