DENPASAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Hampir setahun lamanya Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda, justru terus mengalami peningkatan akibat munculnya klaster baru penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat. Tak hanya melumpuhkan perekonomian nasional, Bali sebagai destinasi wisata internasional juga mengalami dampak yang sangat signifikan.
Menurut pengamat ekonomi Ketut Swabawa, untuk membangkitkan ekonomi Bali di tengah pandemi dan lonjakan kasus Covid-19 bukan perkara mudah. Apalagi, Bali menjadi provinsi terdampak pandemi Covid-19 paling parah di Indonesia akibat ketergantungan pada sektor pariwisata. Untuk itulah, Bali dinilai perlu perlakuan khusus, berbeda dibandingkan provinsi lainnya.
"Bali memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, Ekonomi Bali tidak mungkin ditangani seperti yang dilakukan pada daerah lainnya. Tidak mungkin pola nasional di copy paste untuk bangkitkan Bali. Terlebih selama ini bantuan yang digelontorkan pemerintah ke berbagai daerah di Indonesia, polanya semua sama. Padahal, kalau dilihat masing-masing daerah tingkat permasalahan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini tidak sama," ujarnya.
Swabawa menilai, jika dibandingkan dampak pandemi dirasakan antara orang yang terjun di sektor pariwisata dengan masyarakat yang memiliki pekerjaan di desa atau di pegunungan sebagai petani, maka hasilnya berbeda. "Dampak pandemi yang dirasakan oleh petani ini bisa jadi lebih kecil dibandingkan pekerja langsung di sektor pariwisata, karena mereka masih bisa mendapatkan hasil dari produksi pertaniannya," imbuhnya.
Pihaknya berharap dengan berkantornya Menparekraf di Bali bisa menjadi titik terang bagi upaya membangkitkan Bali yang 70 persen bergantung kepada sektor pariwisata melalui cara lebih spesifik, mengacu pada kepentingan masyarakat Pulau Dewata yang kondisinya jauh berbeda dengan daerah lainnya.
"Hadirnya Menparekraf dengan berkantor di Bali memberi rasa keoptimisan bagi pelaku pariwisata di Bali, karena itu sekaligus mencerminkan negara hadir dan serius menangani Pulau Dewata yang belakangan ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi minus. Maju tidaknya pariwisata Bali ini juga menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kementerian pariwisata itu sendiri," tuturnya. (dha)