GIANYAR – fajarbali.com | Salah satu daya tarik wisata di Ubud adalah obyek wisata Monkey Forest yang berada di Desa Padang Tegal. Obyek wisata ini dalam situasi normal, banyak didatangi wisatawan asing dan domestik, namun semenjak pandemi covid 19, kunjungan wisatawan ditutup sampai waktu yang belum ditentukan.
Walau demikian, pengelolaan obyek wisata ini tetap berjalan seperti biasa. Bendesa Adat Padang Tegal, I Made Gandra menyebutkan pemeliharaan obyek wisata baik pemberian pakan kepada kera-kera dan kebersihan tetap seperti biasa. “Kera-kera diberi makan 7 kali sehari, kebersihan berlangsung seperti biasa,” jelas Made Gandra, Minggu (10/5) kemarin. Dijelaskannya, dalam sebulan kawanan kera ini didanai Rp 120 juta per bulannya untuk pengadaan pakannya. “Perawatan masih normal, kalau tidak dikasi pakan, nanti malah rusuh, masuk ke rumah-rumah. Sampai saat ini terkendali,” jelasnya.
Bahkan untuk mengelola obyek wisata tersebut, terdapat 200 tenaga kerja yang memberi pakan dan membersihkan kawasan wisata tersebut. “Yang 200 tenaga kerja ini dibagi dalam beberapa shif, karena situasinya sepi, seorangnya bekerja 8 kali dalam sebulan,” jelasnya. Sedangkan untuk dana pengelolaan lahan seluas 26 hektar tersebut, juga disubsidi dari dana kas desa adat. “Pemeliharaan harus tetap seperti biasa. Kami kira situasinya akan lama, sampai setahun baru normal. Namun kera-kera kan harus makan tiap hari, kami berupaya tetap normal,” jelasnya lagi.
Pengelolaan di obyek wisata tersebut, juga tidak mem-PHK karyawan, hanya dibagi shif saja. “Tidak ada PHK, hanya pengurangan jam kerja, kalau situasi normal, kerjanya juga normal. Semua sudah memaklumi kondisi ini,” ungkapnya lagi. Sedangkan dalam situasi sepi ini, pengelola obyek juga melakukan penataan areal agar saat kondisi normal nanti, obyek wisata lebih nyaman dikunjungi.(gds).