Pariwisata Bali Tua dan Rapuh?Jangan Baper!

Loading

DENPASAR - fajarbali com I Belum lama ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut pariwisata Bali sudah tua dan rapuh. Tak pelak, kalimat yang dilontarkan mantan Bos Inter Milan FC itu memicu beragam reaksi. Banyak pihak yang merasa tersinggung dan tidak terima.

Akademisi Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Gede Sri Darma angkat bicara. Ia berpendapat, masyarakat Bali yang keberatan agar tidak buru-buru menghakimi pernyataan sang menteri.

"Sebaiknya kita instrospeksi diri. Jangan-jangan ada benarnya kata Pak Erick itu. Jika ada yang tersinggung, itu wajar. Tapi jangan baper (bawa perasaan) dulu lah," kata pemilik sapaan karib GSD, Jumat (14/1/2021) di Kampus Undiknas Graduate School (UGS), Denpasar.

Dalam hal ini, menurut GSD, kata tua dan rapuh, bisa saja diasumsikan dengan sebuah kemonotonan. Artinya, pariwisata Bali kurang dipoles dengan inovasi kekinian.

Budaya, lanjut peraih Rekor Muri kategori Profesor Termuda di usia 37 ini, memang masih laku sebagai nilai jual pariwisata Pulau Dewata. Ia juga yakin, jutaan turis asing sangat merindukan Bali sejak virus korona mengglobal. Namun, ia mengingatkan setiap sektor pasti memiliki titik jenuhnya.

Syukurlah, dengan dibangunnya rumah sakit internasional di Sanur, dan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung akan memperkaya khasanah destinasi wisaya Bali ke depan.

"Dengan asanya rumah sakit internasional, citra Bali makin kaya sebagai destinasi wisata medis. Jadi kita harus belajar menerima kritik dan masukan," imbuh GSD.

Terlepas dari dunia pariwisata yang masih 'sakit', GSD mengingatkan, sumber daya manusia Bali wajib bertransformasi ke dunia digital. Ini tidak bisa dihindari jika ingin mempertahankan eksistensi.

Pasalnya, kata dia, pekerjaan lama akan hilang tergilas oleh digitalisasi. Hal ini berlaku untuk semua profesi. "Contohnya wartawan. Dengan adanya media sosial, semua orang bisa menjadi 'wartawan', mengabarkan peristiwa ke khalayak. Begitu juga dosen dan profesi lain," jelas GSD.

BACA JUGA:  Dukung UMKM, Tim PKM Dosen UNR Bantu Re-branding Kemasan Reta Handycrafts

Pria yang juga mengantongi Rekor MURI sebagai Rektor Termuda di usia 36 tahun ini mengaku tidak bermaksud menakut-nakuti. Justru, bagi mereka yang adaptif, dunia digital menjanjikan kesejahteraan lebih mudah dan praktis. Pundi-pundi rupiah akan mengalir secara otomatis ke rekeing yang bersangkutan jika tahu caranya.

Sekarang ada sistem Non-Fungible Token
(NFT). Ini adalah aset digital yang berbentuk karya seni maupun barang koleksi yang bisa dipergunakan untuk membeli sesuatu secara virtual. Barang seni dan koleksi bisa berupa foto, gambar, lagu, rekaman suara, video, game, dan sebagainya.

NFT memiliki beberapa keungulan. Salah satunya terkait tingkat keasliannya. Konsep NFT memungkinkan pembeli memiliki barang asli tanpa ada yang bisa menirunya. Tidak hanya itu, NFT juga menyertakan bukti kepemilikan dalam bentuk sertifikasi.

Sebagai akademisi bidang ekonomi, GSD mengaku telah menggaungkan digitalisasi dalam setiap kesempatan sejak 2008 silam. Sayangnya, kala itu sebagian besar mengabaikan, dan terbukti sekarang tak sedikit yang 'kepupungan' hijrah dari konvensional ke dunia digital. "Memang tidak ada kata terlambat," jelasnya. (Gde)

Scroll to Top