Olahraga Pakai Masker dengan Intensitas Tinggi, berisiko Terjadinya Pneumothorax

DENPASAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Belum ditemukannya obat dan vaksin Covid-19 otomatis membuat daya tahan tubuh menjadi senjata paling ampuh untuk melawan penyakit tersebut. Jadi, selain mengonsumsi makanan bergizi, masyarakat juga perlu berolahraga teratur agar tembok pertahanan tubuh semakin kokoh. Namun, selama pandemi ini, haruskah olahraga pakai masker dan apa solusinya?

Praktisi kesehatan, dr. Rahmita Kusuma Dewi mengungkapkan, di satu sisi, penggunaan masker dianggap penting untuk mencegah penularan saat seseorang berolahraga di luar rumah. Namun di sisi lain, tertutupnya hidung dan mulut membuat akses tubuh untuk mendapatkan oksigen jadi terbatas. Padahal, saat berolahraga, tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen dari biasanya.

"Berolahraga sambil menggunakan masker sebenarnya boleh saja selama olahraga yang dilakukan bukanlah olahraga berat atau hanya olahraga intensitas rendah. Perlu diingat, selama pandemi, kewajiban memakai masker perlu dipenuhi apabila kita berada di luar rumah. Kalau olahraganya masih sebatas jalan kaki, masih oke pakai masker. Namun, kalau olahraga yang intensitasnya sudah sedang menuju berat, seperti jogging apalagi lari, sebaiknya dilakukan di rumah, pakai treadmill dan tanpa masker,” ungkapnya.

Menurut dr. Rahmita, jogging atau lari sambil memakai masker, pada beberapa orang berisiko menyebabkan terjadinya pneumothorax atau kolaps paru. Pneumothorax adalah istilah medis untuk terkumpulnya udara pada rongga pleura, yaitu rongga tipis yang dibatasi dua selaput pleura di antara paru-paru dan dinding dada. Udara yang terkumpul pada rongga pleura dapat terjadi akibat adanya celah yang terbentuk akibat cedera pada dinding dada atau robekan pada jaringan paru-paru.

Akibatnya, udara tersebut dapat menekan paru-paru dan membuat paru-paru menjadi mengempis (kolaps). Sehingga untuk kedua olahraga tersebut, langkah paling amannya adalah dengan melakukannya di rumah. Sementara itu bagi orang yang berolahraga ringan sambil memakai masker, bukan berarti bisa abai terhadap hal lainnya. Masyarakat disarankan untuk tetap harus waspada dan memantau kapasitas diri.

BACA JUGA:  Kekurangan Vitamin A, Penyebab Umum Kebutaan Bayi di Negara Berkembang

“Kalau saat olahraga pakai masker mulai muncul gejala seperti pusing, napas pendek, sesak atau hal lain yang mengkhawatirkan, ada baiknya segera dihentikan hal ini penting dilakukan untuk mengukur kapasitas diri. Sehingga jika suatu saat ingin kembali berolahraga, kita jadi sudah memahami batas atau kemampuan fisik diri sendiri," ucapnya.

Ia menambahkan, penggunaan masker ketika berolahraga juga tidak dianjurkan bagi orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dan penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). “Bagi orang-orang yang punya riwayat penyakit lain, selama pandemi ini memang paling aman untuk olahraga indoor, di rumah dan tanpa masker,” imbuh dr. Rahmita.

Terakhir, dr. Rahmita mengingatkan pentingnya physical distancing atau menjaga jarak dengan orang lain bagi siapapun yang akan berolahraga di luar rumah, meski sudah menggunakan masker. Hal ini semata-mata untuk mencegah penyebaran virus corona yang masih marak terjadi. (dar)

Scroll to Top