Denpasar-fajarbali.com | Dokter konsultan Gizi Klinis di RSUP Sanglah, dr. Agustinus I Wayan Harimawan, MPH, Sp.GK menyebutkan, sampai saat ini persoalan obesitas menjadi masalah kesehatan gizi yang paling banyak ditemukan di Bali.
“Jika dua dekade lalu masalah gizi buruk masih menjadi permasalahan dalam penanganan gizi di seluruh Indonesia, termasuk di Bali, saat ini masalah gizi yang banyak ditemui adalah masalah kelebihan gizi atau obesitas, bahkan menjadi kasus terbanyak,” ungkapnya, Rabu (2/2).
Masalah kelebihan gizi atau obesitas ini, tidak saja menyerang orang dewasa saja, namun juga menyerang anak-anak bahkan usia balita. Penyebabnya, dijelaskan dr. Agust, tidak lain adalah karena pola konsumsi yang buruk. Sedangkan untuk orang dewasa, permasalah obesitas lebih cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup sebagai masyarakat modern. Yang lebih banyak mengkonsumsi makanan cepat saji dan minim olahraga.
“Untuk itu, penanganan permasalahan gizi saat ini tidak saja harus dengan cara mengkonsumsi obat-obatan saja. Namun, lebih cenderung pada perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga masalah obesitas bisa ditangani,” ujarnya.
Sementara Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam siaran persnya mengakui jika Indonesia harus memiliki upaya strategis untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi terutama stunting dan obesitas dimulai dengan deteksi dini. Salah satu upayanya adalah melalui pemantauan pertumbuhan dan perkembangan secara rutin di Posyandu.
Selain itu, upaya lain yang bisa dilakukan adalah penguatan promosi pemberian makanan bayi dan anak mencakup inisiasi menyusui eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan sampai dengan 2 tahun. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dengan mengutamakan asupan makanan tinggi protein hewani sejak anak berusia 6 bulan yang mana sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. (dha)