1000114679

Nuanu Hadirkan Program Residensi Seniman, Tunjukkan Inovasi Seni Indonesia

Salah satu karya seniman yang diinstalasi secara permanen di Eco Path, Nuanu, Tabanan. 

TABANAN-Fajar Bali | Nuanu menghadirkan Pameran Residensi Seni, yang menunjukkan komitmen mendalam terhadap lanskap seni Bali dan Indonesia.

Pameran yang bertajuk 'Adicitta Buana' ini melibatkan delapan seniman dari berbagai latar belakang diantaranya Aditya Wisesha, Alfiah Rahdini, Dhoni Yudhanto, I Gusti Ngurah Diva Naya, Koko Sondaka, Octo Cornelius Tri Andriatno, Tempa (Putud Utama & Rara Kuastra), dan Wisnu Ajitma.

Setiap seniman menerima dana sebesar IDR 100 juta, bersama dengan akomodasi dan berbagai akses ke ekosistem Nuanu.

Setelah program residensi dua bulan, seniman - seniman ini menghasilkan karya-karya luar biasa yang dipamerkan di Eco Path Nuanu.

Karya para seniman dikuratori Ignatia Nilu yang telah menjadi mentor bagi delapan seniman Indonesia selama dua bulan dalam Program Residensi di Nuanu.

Karya tersebut akan menjadi instalasi permanen di Eco Path, sebuah bantaran sungai di Nuanu yang menawarkan pengalaman mendalam bagi pengunjung yang memperlihatkan simbiosis antara seni dan alam di dalam ekosistem hutan. Taman ini akan terbuka untuk umum setelah Nuanu dibuka resmi pada Juli 2024 mendatang.

Program residensi seni ini merupakan wujud komitmen Nuanu terhadap warisan seni Indonesia yang kaya dan sekaligus bentuk dedikasi Nuanu untuk menumbuhkan bakat-bakat lokal. Dengan menyediakan wadah bagi seniman untuk berekspresi dan berproses kreatif.

Nuanu bertujuan memperkuat keberadaan seniman sekaligus mempromosikan keberadaannya dan menggaungkan suara seniman-seniman ini ke dunia global. Residensi ini menawarkan kesempatan unik bagi seniman untuk mendalami tema perubahan ekologi, hubungan manusia dengan-alam, dan kemajuan teknologi.

Pendiri Nuanu, Sergey Solonin, mengatakan, salah satu misi utama Nuanu yakni menjadi wadah pendukung bagi seniman dari semua disiplin, memastikan mereka merasa dihargai, diakui, dan diberdayakan untuk menjelajahi kreativitas mereka secara bebas.

“Program ini tidak hanya menawarkan platform untuk ekspresi artistik tetapi juga berusaha untuk memahami dan mengatasi tantangan, kebutuhan, dan aspirasi seniman di wilayah ini,” kata Sergey. 

Ignatia Nilu sebagai Kurator, merasa bangga bisa terlibat dan mempersembahkan Program Residensi Seni pertama di Nuanu ini. Nuanu mencoba menemukan format pembelajaran budaya yang fokus pada pengembangan ide dan praktik seni dengan visi sosio-ekologis yang inovatif.

“Terinspirasi oleh Bali sebagai entitas budaya, kami memperluas apa yang menjadi hubungan manusia-alam sebagai gagasan inti eksplorasi artistik. Mendefinisikan kembali apa yang disebut lingkungan di luar batas adalah Adicitta (arah) kami - Memikirkan kembali alam. Kami membutuhkan lebih banyak dukungan untuk kelangsungan ekosistem seni di Indonesia, seperti yang kami dapatkan dari Nuanu,” jelasnya Senin (25/3/2024) di Eco Path, Nuanu, Tabanan.

Menurutnya, program residensi seni ini menjadi sebuah tantangan, sebab menciptakan sebuah karya dalam public Space perlu mengenali tingkat kemanan tempat yang ditentukan.

"Ketika seniman bekerja pada ruang yang outdoor seniman sangat perlu untuk mengenali, misalkan nilai-nilai tempat keamanan alam dan sebagainya itu tantangan-tantangan yang jauh lebih besar," ujarnya.rl

Scroll to Top