“Memuja dengan Memuliakan” Tema Dharma Sadhana #2 Penyuluh Kemenag Buleleng

SATRIAA 2

Loading

Dharmawacana di Pura Pucak Sinunggal, Tajun, Kubutambahan, Buleleng, rangkaian Dharma Sadhana #2.

SINGARAJA-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Penyuluh Agama Hindu Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Buleleng Kembali melakukan Dharma Sadhana ke-2, berlangsung di beberapa desa se-Kecamatan Kubutambahan.

Mengusung tema “Memuja dengan Memuliakan”, kegiatan ini dihadiri l Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng I Made Subawa, SE, M.Pd dan Kasubag TU Ni Putu Suliasih, S.Pd.

Dharma Sadhana 2 diawali tirtayatra dan ngayah mareresik di Pura Luhur Pucak Bukit Sinunggal, Desa Tajun, Kubutambahan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan kegiatan penanaman tanaman bahan upakara di lingkungan Pura dan dilanjutkan dengan melakukan kegiatan sosial berupa memberikan bahan kebutuhan pokok kepada masyarakat kurang mampu, ibu hamil dan mereka yang menyandang disabilitas di desa-desa se-Kecamatan Kubutambahan.

Subawa menjelaskan, kegiatan ini terselenggara atas kerja sama sesama penyuluh dan warga Kemenag Buleleng dengan menyisihkan penghasilannya dan kemudian melakukan kegiatan yang murni pembiyayaannya oleh mereka untuk Kemenag Buleleng.

Lanjut Subawa, Dharma Sadhana merupakan salah satu program unggulan bagi penyuluh agama Hindu untuk mengaplikasikan Sad Dharma yang salah satunya adalah Dharma Sadhana.

“Selain itu juga merupakan aplikasi nyata dari Tri Hita Karana yaitu  Parhyangan dengan ngayah dan persembahyangan atau tirtayatra, pawongan dengan melakukan kegiatan sosial untuk membantu lansia, ibu hamil dan penyandang disabilitas, serta kegiatan palemahan dengan penanaman pohon upakara dan juga kegiatan aksi kebersihan,” jelas Subawa.

Ketua panitia acara, Dewa Gede Bayu Segara, menambahkan, Dharma Sadhana yang ke-2 ini merupakan lanjutan dari Dharma Sadhana 1 yang telah di lakukan beberapa bulan lalu di kecamatan Tejakula, mengingat kegiatan ini dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Menurut Bayu, makna filosofis kegiatan ini dibahas tuntas dalam dharma wacana singkat oleh salah satu penyuluh Agama I Kadek Satria, S.Ag. M.Pd.H. Tema kegiatan ini yaitu memuja dengan memuliakan mengandung makna yang sangat dalam.

BACA JUGA:  Persiapan Memasuki Tahapan Pilkada

Dimana agama bukan hanya dilakukan dengan perilaku memuja Tuhan di tempat suci, dengan sarana bunga dan bebantenan yang suci, tetapi memuliakan Tuhan yang bersthana pada setiap mahluk ciptaan-Nya.

“Beliau Sang Maha Penghidup ada pada setiap ciptaan-Nya. Beliau memberikan hidup dan menyaksikan kita sebagai umat. Artinya apabila kita memuliakan ciptaan beliau yang mungkin sangat terbatas dengan gerak hidup seperti orang yang menyandang disabilitas, mereka yang terbatas kemampuannya karena usia dan mereka yang sedang dalam keadaan mengandung,” bebernya.

“Bahwa pada diri merekalah Tuhan disthanakan dan dipuja baik dan dengan ketulusan. Maka jika kita membantu dan mengembangkan mereka maka Tuhan sebagai penciptanya sudah barang tentu akan tersenyum penuh kasih,” imbuhnya.

Artinya dengan konsep memuliakan ini, bukan saja beragama dengan bacaan, beragama dengan teori atau ruang diskusi, tetapi kita ada dalam prilaku yang mulia untuk memuliakan Tuhan.

Pemuliaan ini tujuannya juga adalah persembahan atau pemujaan dengan perilaku nyata, bukan hanya berangan menjadi insan beragama tetapi abai dengan pemuliaan berbagai ciptaannya.

“Dharmawacana di Pura Pucak Sinunggal itu diakhiri dengan ajakan untuk kita semua bahwa dengan memuliakan mereka yang ada, maka sama halnya dengan kita memuja beliau yang maha pencipta itu,” pungkas dia.

 

Scroll to Top