Melasti dan Segara Kertih, Rangkaian Penting Karya Agung di Pura Pucak Mangu

u10-IMG-20251031-WA0003
Upacara melasti dan Segara Kertih serangkaian karya agung di Pura Penataran Agung Pucak Mangu, dipusatkan di Segara/Pantai Seseh, Kamis (30/10/2025) siang.

MANGUPURA-fajarbali.com |Serangkaian karya agung di Pura Penataran Agung Pucak Mangu, Pratima Ida Bethara turun kabeh melasti di Segara/Pantai Seseh, Kamis (30/10/2025) siang.

Prosesi melasti ini sangat penting sebagai bentuk penyucian sebelum puncak karya berupa Tawur Balik Sumpah Utama, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Mapaselang, Mapadanan Medasar Tawur Balik Sumpah Utama.

Kemudian maruntutan Upacara Segara Kertih, Danu Kertih dan Wana Kertih yang puncaknya pada Purnama sasih Kelima, Buda Umanis, Wuku Julungwangi, Senin 5 November 2025, di Pura Penataran Agung Pucak Mangu, Desa Pelaga, Peteng, Badung, Sabtu.

Dikonfirmasi di sela upacara melasti, Ida Cokorda Mengwi XIII, selaku Pangempon Pura Pucak Mangu, menjelaskan, melasti ini melibatkan 8 desa adat pangempon Pura Pucak Mangu. 

Pratima atau simbol-simbol suci Ida Bethara yang di-"iring" melasti berasal dari puluhan pura di wilayah 8 desa tersebut. Selain itu, melasti juga melibatkan Asta Puri Mengwi dan Yowana. 

Prosesi suci melasti, Ida Cokorda menambahkan, dirangkai ritual penting, yakni "Segara Kertih" dengan ngaturang pakelem kerbau di Segara Seseh. "Jadi hari ini ada dua ritual sekaligus: melasti dan segara kertih mapekelem kerbau," jelas Cokorda Mengwi XIII. 

Setelah ritual selesai, lanjut Cokorda Mengwi XIII, Ida Bethara kabeh akan distanakan (beristirahat) di Pura Taman Ayun selama satu malam. 

Namun sebelumnya, Ida Berthara katuran ayaban di Pura Sada, Kapal. Lalu "memargi" menuju Bringkit dan Jaba Pura Batur Waturenggong di batas selatan Desa Mengwi. Barulah pengayah dari Deda Adat Mengwi "mendak" Ida Bethara untuk "marerepan" semalam di Pura Taman Ayun.

Masih menurut Cokorda Mengwi XIII, pengayah dari Desa Mengwi sejumlah 13 banjar dibagi menjadi 2 shift. "Banjar-banjar yang terletak di utara bencingah bertugas malam ini. Besok pagi baru yang di selatan bencingah," jelasnya.

BACA JUGA:  PERADAH Diharapkan Cerdaskan Umat Hindu

Warga Mengwi akan menghaturkan upakara "prani" atau sesajen yang tidak di-surud lagi. Setelah dihaturkan, semua surudan itu dijadikan konsumsi para pangiring. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Sangeh dan Blahkiuh, sebelum Ida Bethara menuju Parhyangan.

Ida Cokorda juga menyampaikan, pada Setelah 1 November 2025, akan digelar upakara Danu Kertih di Ulun Danu Beratan, Tabanan. Seperti Segara Kertih, Danu Kertih juga menggunakan pakelem berupa kebo, kambing dan wewalungan lainnya. 

Kemudian 4 November dilaksanakan Upakara Wana Kertih di hutan seputar Pura Puncak Mangu, sebelum memasuki hari H esok harinya. "Jadi rangkaian karya agung ini sangat panjang," imbuhnya.

Upacara ini, bertujan untuk memohon kesejahteraan jagat. Agar masyarakat bisa hidup tentram kertha raharja. "Tujuan yadnya itu kan pasti memohon keselamatan jagat dan seluruh isinya," kata Cokorda Mengwi XIII.

Ia mengajak krama Hindu Bali, khususnya di wawidangan Badung menjadikan upacara ini sebagai momentum refleksi diri agar kembali menyatu dengan alam. 

Adanya berbagai peristiwa bencana alam baru-baru ini, menurutnya adalah alarm agar manusia kembali mengimplementasikan nilai-nilai luruh Tri Hita Karana.

BERITA TERKINI

TERPOPULER

Scroll to Top