Sukarma mengatakan, bonsai yang ia koleksi hampir semua pernah mengikuti kontes. Ada yang pernah mendapat juara the best regional, madya, utama, bahkan best in class dan best in show. “Sekarang saya lebih banyak ada waktu untuk merawat koleksi bonsai. Karena tidak lagi ngantor,” terangnya saat ditemui di kediamannya, Kamis (5/11/2020) lalu.
Sukarta menerangkan, perawatan bonsai selama ini ia lakukan secara mandiri. Kecuali, ada perbaikan pola dan merubah bentuk barulah ia mengundang pakar bonsai sekaligus sebagai kesempatan untuk menimba ilmu baru di bidang bonsai. Sebab menurutnya, penanganan bonsai butuh waktu ekstra.
"Bonsai sama seperti manusia perlu perawatan, makan, dan lain sebagainya. Perawatan sehari-hari cukup saya sendiri. Pencukuran, pemupukan dan lainnya saya siap untuk melakukan itu. Kalau ada yang saya belum mampu baru undang trainer khusus, ” beber.
Sementara, terkait harga-harga bonsai yang ia koleksi, Sukarma mengatakan bervariasi. Mulai jutaan, puluhan, hingga ratusan juta. Pihaknya mencontohkan, bonsai jenis santigi itu harganya Rp 120 juta, bonsai sancang Rp 100 juta. Selain itu juga ada yang harganya puluhan juta seperti bonsai elegan puluhan juga, santigi juga ada harga Rp 50 juta, bonsai anting putri Rp 35 juta.
“Total harga semua bonsai yang ada di rumah itu saya investasi hampir mendekati Rp 1 miliar, ” bebernya.
Disinggung kenapa bonsai bisa mahal, menurutnya memang kalau orang awam atau bukan penggemar bonsai mendengar harga bonsai tentu kaget. Namun kalau mereka sudah penikmat, penggemar tentu hal yang sudah biasa. Sebab yang menjadi mahal bonsai itu ialah prosesnya. Sebab, membuat satu bonsai bisa memakan waktu puluhan tahun.
“Jadi tidak cukup bikin bonsai dengan waktu 1-3 tahun. Membesarkan ranting saja bisa tahunan untuk membuat ranting baru. Karena itulah nilai seni dari tanaman bonsai tidak bisa bayangkan harga dan nilainya. Kalau sudah penikmat, pecinta bonsai begitu melihat sudah paham, ” pungkasnya.(put).