DENPASAR-fajarbali.com | Tim jelajah bentukan anggota ekstrakulikuler jurnalistik SMAN 3 Denpasar (Trisma) atau Madyapadma Trisma bersama Forum Peneliti Muda Trisma melakukan ekspedisi ke wilayah Bali Barat, 11 hingga 16 Januari 2018.
Ekspedisi yang dimaksud, yakni kegiatan eksplorasi, riset atau penelitian, dan pengimplementasian berbagai disiplin ilmu yang didapat selama mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik. Ketua panitia, Ketut Utari Mustika Putri menjelaskan, sebanyak 65 orang tergabung dalam kegiatan yang bertajuk “Ekspedisi Harta Karun Bali yang Terlupakan” tersebut. Semua peserta merupakan siswa kelas X hingga XII yang menggeluti jurnalistik dan penelitian.
Utari menjelaskan, ekspedisi kali ini mengambil rute Bali Barat, karena pada tahun lalu, kegiatan serupa sudah pernah digelar dengan mengambil jalur ke wilayah timur Bali.
Kegiatan itu dibagi dua, yakni jelajah dan ekspedisi. Tim jelajah melakukan perjalanan, sekaligus melakukan eksplorasi dan riset. Sedangkan tim ekspedisi melakukan peliputan hingga pelaporan terkait kegiatan yang berlangsung. Aksi mereka mirip layaknya seorang peneliti dan jurnalis.
Uniknya, penjelajahan ke Bali Barat dilakukan dengan bersepeda melewati pesisir hingga pedalaman Buleleng, Jembrana, dan Tabanan. Namun tidak semua rute dilalui dengan bersepeda, seperti di wilayah Jembrana. Alasannya, jalur Denpasar-Gilimanuk padat kendaraan besar.
Rute dimulai dari Pantai Penimbangan Singaraja, kemudian lanjut menuju Desa Seririt, Taman Nasional Bali Barat, Jembrana, Taman Ayun di Mengwi, lalu finish di SMAN 3 Denpasar. Di perjalanan, mereka beristirahat di rumah kerabat guru.
“Ada guru yang punya saudara di Negara, kami menumpang istirahat di rumah mereka. Jadi setiap malam, kami istirahat dan tidur menumpang di rumah kerabat,” terang Utari.
Untuk mencari suasana baru, lanjut Utari, dipilihnya Bali Barat karena banyak hal yang dapat dipelajari dan diteliti, seperti di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Ia menjelaskan, saat tim berada di TNBB, para peserta dipecah menjadi dua bagian. Satu tim diberi tugas meneliti biota laut di perairan, sisanya meneliti komoditi tumbuhan.
“Untuk tim jelajah, mereka melakukan penelitian berdasarkan arahan pembina. Jadi kegiatannya sudah terukur dan teratur, walaupun sedikit ada kendala saat pembagian timnya. Selain itu, faktor keamanan juga kita pertimbangkan. Kan jalur Gilimanuk sangat padat, jadi gak semua perjalanan dilanjutin naik sepeda. Kami juga dijemput di satu jalur yang padat dan rawan,” kata siswa yang aktif jurnalistik sejak kelas X ini.
Sementara, ketua bidang media, Ni Kadek Mita Dwi Adnyani menjelaskan, sejatinya kegiatan ini merupakan interpretasi dari usaha pemuda dalam mengingatkan masyarakat tentang banyaknya keindahan yang bisa dieksplorasi dalam pembangunan Bali. Apalagi, imbuhnya, bencana erupsi Gunung Agung yang terjadi di Karangasem sempat membuat perekonomian Bali yang mengandalkan pariwisata, lumpuh beberapa bulan terakhir.
Mita yang giat ikut kompetisi film dokumenter itu mengutarakan, masyarakat luas secara khusus dapat diberi pemahaman luas. Kendati pariwisata Bali mati suri, masih banyak kekayaan alam yang bisa dikembangkan, hingga tak melulu mengandalkan pariwisata.
“Katakanlah kalau Bali Barat masih bisa berkontribusi ngidupin Bali. Buktinya pengusaha anggur yang terkenal dapat mengekspor buah anggur dijadikan minuman di luar negeri. Ada Jembrana yang memiliki pohon kelapa yang berlimpah yang bisa dijadikan minyak, dan masih banyak lagi,” tegas siswi yang juga koordinator bidang film Madyapadma. (eka)