Seperti Penyuluh bahasa Bali kecamatan Selat, konservasi dan identifikasi lontar menemukan puluhan cakep lontar yang diantaranya bertahun caka 1819. Hanya saja, peninggalan tersebut beberapa diantaranya termakan oleh rayap. Penyuluh bahasa Bali kecamatan Selat, Karangasem, Ni Ketut Sudani, Rabu (16/6/2021) kemarin mengatakan, konservasi dan identifikasi lontar dilakukan dirumah salah seorang tokoh yakni Perbekel Desa Peringsari, I Wayan Bawa. Ditempat tersebut, katanya, ditemukan 26 capek lontar yang terdiri dari Kawisesan, Wariga, Kidung sampai Usada.
"Konservasi dan identifikasi lontar dilakukan sebagai upaya dalam menyelamatkan peninggalan kebudayaan khususnya kesusatraan Bali yang adi luhung," ujarnya.
Baca Juga :
RPJMD Semesta Berencana, Melenggang Tanpa Hambatan
Masyarakat Banyak Kecele, Layanan Kependudukan Dihentikan Sementara
Dikatakanya, dari 26 cakep lontar yang ditemukan itu, satu diantaranya lontar yang berangka tahun Caka 1819 yang judulnya Pamugpug Desti. Hanya saja, lontar pamugpug desti ini dalam keadaan rusak termakan rayap termasuk beberapa lontar juga dalam kondisi serupa.
"Karena memang lontar sudah berusia tua, disamping juga kurang perawatan, sehingga mudah termakan rayap," ujarnya lagi.
Sudani mengatakan, memang tidak mudah untuk meyakinkan masyarakat sangat pentingnya dalam melakukan konservasi dari naskah-naskah lontar yang dimiliki masyarakat. Selama ini, sebutnya, sebagian masyarakat masih takut lontarnya di rawat atau di baca karena stigma di masyarakat masih ada istilah aywawera, tabu dan tulah.
"Tetapi kami tidak menyerah, perlahan menyadarkan masyarakat bahwa konservasi naskah lontar itu sangat penting," ujarnya lagi.
Dalam setiap melakukan konservasi dan identifikasi naskah lontar, sebut Sudani, selain melibatkan Penyuluh bahasa Bali Kecamatan Selat, pihaknya juga mendapat bantuan dari Tim Baga Lontar Provinsi dan Kabupaten. Pihaknya berharap, masyarakat untuk tidak lagi takut lontar miliknya di lakukan konservasi sehingga lontar-lontar tersebut bisa dibaca untuk mengetahui sejarah kesusastraan Bali.
"Ini merupakan salah satu tugas pokok Penyuluh, kami terus berupaya melakukan pendekatan kepada masyarakat. Sampai saat ini, mereka sudah banyak yang mengerti akan pentingnya dilakukan konservasi dan identifikasi lontar milik masyarakat," ujarnya lagi. (bud)