GIANYAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Batu bata buatan perajin Desa Tulikup Gianyar kalah bersaing dengan batu alam. Sejumlah perajin menjerit, karena produknya tidak laku. Disisi lain, ada pembangunan, namun lebih banyak menggunakan batu alam. Sebelumnya, bata Tulikup banyak dicari untuk bangunan suci dan ornamen hias.
Salah satu perajin, I Nyoman Sukara, Senin (21/2/2022) sangat menyayangkan pemerintah yang sedang gencar gencarnya membangun, sama sekali tidak ada yang menggunakan bata tulikup. "Stok bata kami sangat banyak, bahkan sampai ada yang lumutan karena tidak ada yang beli," ujar Sukara. Dikatakannya pengembang kini lebih memilih batu alam. Hal yang sama dijelaskan pengerajin bata lainya, yaitu I Gusti Ngurah Winata. Dikatakan, di tengah lesunya penjualan bata Tulikup. "Isu yang berkembang, bata Tulikup mudah cendawanan, sehingga mempengaruhi daya beli," ujar Gusti Winata.
Perbekel Tulikup, I Made Ardika, mengharapkan kepada gubernur dan bupati untuk mengimbau menggunakan bata Tulikup, terutama untuk proyek proyek pemerintah. "Saya harapakan pemerintah supaya tergugah, dengan kondisi masayarakat Tulikup 65 persen merupakan pengerajin batu bata. Secara ekonomi, warganya sangat terdampak, karena yang mulai menggunakan material lain. Padahal bata Tulikup untuk bangunan Bali menpunyai nilai magis," jelasnya.
Ketua DPRD Gianyar, Wayan Tagel Winarta meyakinkan, bahwa masyarakat tidak perlu ragu dengan kualitas bata Tulikup, mengingat pengerjaannya saat ini sudah lebih bagus. "Kalau pemasangan benar saya yakin tidak akan kena cendawan," jelas Tagel. Ditambah lagi dengan pemakaian bata Tulikup bangunan akan jadi lebih bertaksu dan memiliki ciri utama khas Bali.sar










