https://www.traditionrolex.com/27 Kupas Tuntas Candi Prambanan, LKPP Peradah Gelar Seminar bersama Unhi - FAJAR BALI
 

Kupas Tuntas Candi Prambanan, LKPP Peradah Gelar Seminar bersama Unhi

Seminar yang dikemas dalam bentuk diskusi dialogis terkait pelaksanaan Ritual Tawur Agung di Candi Prambanan itu, didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI dan Panitia Pesamuan Agung PHDI Pusat.

 Save as PDF
(Last Updated On: 04/11/2023)

 

 

DENPASAR – fajarbali.com | Lembaga Kajian dan Penelitian, Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Peradah (LKPP Peradah) menggelar seminar nasional bertajuk Literasi Candi Prambanan “Menelusuri Jejak Historis Candi Prambanan, Spirit Ritual Tawur Agung” pada 29 Oktober 2023, lalu di Kampus Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar.

Seminar yang dikemas dalam bentuk diskusi dialogis terkait pelaksanaan Ritual Tawur Agung di Candi Prambanan itu, didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI dan Panitia Pesamuan Agung PHDI Pusat.

Ketua Panitia Dr. Ir. I Wayan Jondra, mengatakan, tujuan seminar untuk menyosialisasikan lebih massif keberadaan Candi Prambanan kepada masyarakat luas, khususnya di Bali, sehingga keberadaan Candi Prambanan sebagai tempat ibadah masyarakat Indonesia dan dunia.

Jondra menambahkan, seminar nasional yang melibatkan berbagai komponen itu diharapkan mampu mengungkap ritual tawur agung Candi Prambanan secara riil dan detail semata-mata untuk mengangkat kembali budaya Nusantara tanpa mem-Balinisasi Jawa/Prambanan.

“Spirit ritual Tawur Agung Candi Prambanan saatnya digali kembali untuk memperkaya khasanah budaya Nusantara bersamaan dengan bangkitnya kesadaran umat Hindu di Nusantara untuk mengenal warisan leluhurnya,” ujar Jondra.

Jondra menilai, seminar nasional ini sangat penting, terbukti dengan adanya support dari beberapa lembaga, dari Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI;  LKPP Peradah, Universitas Hindu Indonesia, PHDI Pusat; PHDI  Bali dan OJK Denpasar.

Seminar juga dihadiri Sekretaris Dharma Adhyaksa Ida Pandita Agung Siliwangi Manuaba, Ketum Pengurus Harian PHDI Pusat, para Ketua PHDI Provinsi dan arkeolog muda Hindu dari Yogyakarta Nur Kotimah, Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat); Prof. Dr. I Wayan Sukayasa, M.Si (Gurubesar UNHI); Bayu Ari Wibowo, S.S (Sastrawan dari Banyuwangi) dengan moderator I Ketut Budiasa, S.T, M.M  yang juga Sekum Pengurus Harian PHDI Pusat dan dihadiri ratusan peserta dari Bali, Klaten, Jogya, Kendari, Jakarta, Banyuwangi dan beberapa daerah di luar Bali.

Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si dalam sambutannya menegaskan, umat Hindu patut bersyukur karena saat ini pemerintah melalui Kementerian Agama telah mencanangkan Candi Prambanan sebagai pusat peribadatan bagi umat Hindu di Indonesia bahkan dunia.

Dengan demikian, menurut Duija, umat yang hendak melakukan perjalanan suci ke Candi Prambanan telah diberikan kemudahan-kemudahan untuk dapat mengakses candi.

“Umat Hindu yang mau metirthayatra ke Candi Prambanan sudah diberi kemudahan, dan bahkan disiapkan berbagai sarana dan prasarana persembahyangan termasuk canang dan segala perlengkapannya sehingga peserta dari daerah lain tidak perlu lagi membawa sarana persembahyangan,” ungkapnya.

Narasumber I Ketut Puspa Adnyana, dalam paparan materinya menyampaikan Tawur Agung (salah satu dari Panca Yajna) bertujuan untuk membangun kesejahteraan dan keharmonisan alam semesta (Buana Agung dan Buana Alit) agar terbebas dari berbagai marabahaya.

Menurut dia, tawur itu ditujukan kepada butha (alam bawah)  yang diyakini dapat memberkati kehidupan manusia agar menjadi harmonis. Tawur itu sendiri  adalah proses pengembalian sari-sari alam agar tercipta keseimbangan alam.

Puspa Adnyana mengurai dasar susatra Tawur yakni Lontar Sundarigama, Lontar Bhama Kertih, Lontar Roga Sangara Bumi, Lontar Tingkahing Caru dan Lontar Lelutuk Panca Yajna sedangkan Lontar Dewa Tattwa mengatur kapan caru atau Tawur dilaksanakan. Puspa Adnyana juga menyertakan acuan Pustaka Weda terkait Yajna (Widhi Drstah) termasuk perspektif budaya (Bali).

Narasumber lainnya I Wayan Sukayasa lebih banyak mengulas Tawur dari perspektif lontar Jawa Kuna dan berbagai acuan tradisi Bali. Menurutnya, manusia berkewajiban melakukan Yajna untuk membayar hutang (rna) kepada alam semesta, dan Tuhan (Hyang Widhi).

“Mengapa kita beryajna? Karena Tuhan menciptakan alam semesta ini melalui Yajna” ujarnya. Ia menjelaskan spirit Yajna khususnya tawur. Menurutnya, yang dipuja saat mengharturkan tawur adalah Betari Durga, Gana, Yamadipati, Basur, Dengen, Raksasa dan lainnya.

“Pandita yang punya wewenang muput caru adalah pandita dari mazab Waisnawa, yakni Ida Rsi Bujangga Waisnawa,” jelasnya.

Narasumber Bayu Ari Wibowo menjelaskan, hakikat tawur dari tradisi Jawa. Baginya, tiada yang lebih utama dari sebuah persembahan kecuali rasa tulus ikhlas. Soal kiblat itu sepenuhnya disesuaikan dengan tradisi leluhur yang telah berlaku turun-temurun.

Dalam sesi diskusi, Gurubesar UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Prof. Dr. I Made Surada, M.A dengan tegas menyarankan agar umat Hindu tidak membawa tradisi Bali ke Jawa.

“Biarkan pelaksanaan Tawur Agung sesuai dengan tradisi setempat, jangan membawa tradisi Bali ke Jawa agar umat Hindu setempat tidak bingung dan itulah cara yang tepat untuk membangkitkan Budaya Hindu Nusantara,” sarannya.

Hal senada disampaikan Tokoh Hindu yang juga Ketua PHDI Provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta, I Wayan Warta. Pihaknya telah terbiasa saling membantu setiap pelaksanaan ritual tawur agung antara umat Hindu Klaten dan Yogyakarta. (rl)

 Save as PDF

Next Post

Duta GenRe Bali Boyong 2 Juara pada Malam Puncak Adujak

Sab Nov 4 , 2023
Pada kesempatan tersebut, Duta GenRe putra dan putri asal Bali berhasil membawa dua prestasi sekaligus yaitu Juara II Duta GenRe Indonesia kategori putra dan Juara III Duta GenRe Indonesia Kategori putri.
Jay

Berita Lainnya