DENPASAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com
Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Bali sampai saat ini diketahui sudah Zero Case alias nol. Hal tersebut menjadi kabar gembira bagi para peternak sapi dan babi di Bali.
Meski demikian, hal itu tak serta merta menjadi angin segar terhadap distribusi sapi maupun babi. Pasalnya, hingga saat ini Pemerintah belum membuka pengiriman sapi ataupun babi keluar daerah. Berbagai alasan yang disampaikan oleh Pemerintah, mulai dari resiko penularan PMK hingga berkaitan dengan penyelenggaraan G20.
Terkait hal itu, Ketua Komisi II DPRD Bali IGK Kresna Budi mengatakan, saat ini para peternak sapi dan babi di Bali seakan menjerit dan putus asa dengan sikap pemerintah tersebut. Padahal para peternak sangat menggantungkan perekonomiannya pada pengiriman keluar daerah.
“Kondisi itu jangan berlarut-larut, itu akan memberatkan para peternak. Karena apa? Pakan itu kan beli mereka,” katanya, Senin (22/08).
Disisi lain, memelihara sapi ataupun babi tidak gampang. Selain dengan biaya pakan yang sangat tinggi, tentunya kondisi kesehatan babi sangat berpengaruh. Salah satunya stress yang akan berdampak pada pertumbuhan babi itu sendiri.
Politisi Partai Golkar asal Liligundi Buleleng ini bahkan bercelutuk agar hewan ternak seperti sapi dan babi diajak untuk “Darmawisata”. Berbeda dengan manusia yang berwisata ke tempat-tempat rekreasi, hewan ternak justru diarahkan ke kantor-kantor pemerintahan.
“Berdarmawisata saja babi ini, jalan-jalan naik mobil. Biar sama-sama merasakan, jangan hanya peternak saja yang merasakan, terus pemerintah tidak merasakan,” tegasnya.
Kresna Budi menegaskan, pihaknya akan mendukung para peternak membawa hewan ternak untuk berwisata ke kantor-kantor pemerintah sebagai upaya menyampaikan aspirasi dan keluhannya. “Dan kita akan dukung ternak itu berwisata,” akunya.
Menurutnya, selama ini pemerintah sering membuat aturan. Akan tetapi tidak dibarengi dengan solusi yang jelas. Sehingga, masyarakat kecil utamanya para peternak yang merasakan dampaknya. W-011