Kapasitas Awak Media Diperkuat untuk Target Three Zero AIDS pada 2030

u10-IMG-20251012-WA0007
Puluhan awak media di Bali, mengikuti Pelatihan Jurnalistik Media Tanpa Stigma untuk Ending AIDS 2030 yang digelar oleh AHF Indonesia dan Kelompok Jurnalis Peduli AIDS Bali.

DENPASAR-fajarbali.com | Puluhan awak media di Bali, mengikuti Pelatihan Jurnalistik Media Tanpa Stigma untuk Ending AIDS 2030 yang digelar oleh AHF Indonesia dan Kelompok Jurnalis Peduli AIDS Bali.

Kegiatan berlangsung di dua tempat berbeda, yakni di Yayasan Kerti Praja, dan Hotel Puri Ayu, Denpasar, Sabtu (11/10/2025). 

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas jurnalis agar menghasilkan informasi-informasi yang tepat dan bermanfaat terhadap pencapaian target Bali bebas AIDS.

Selain itu, pelatihan jurnalis ini sebagai upaya edukasi dan sinergi berbagai komponen menjadi solusi efektif untuk mencegah penularan kasus HIV dan AIDS di Provinsi Bali, terlebih untuk mencapai target Three Zero pada 2030.

Pendidikan tentang HIV/AIDS sejak dini dinilai sangat penting untuk mencegah penyebaran virus di kalangan pelajar, terutama di tingkat SMP dan sederajat.

Langkah ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang benar kepada anak-anak mengenai bahaya serta cara pencegahan HIV/AIDS.

Hal tersebut disampaikan Pengelola Program HIV Klinik Utama WM Medika, Yayasan Kerti Praja, Dewa Nyoman Suyetna, dalam kegiatan

"Edukasi berkaitan dengan Virus HIV AIDS perlu dibekali ke anak-anak, mulai tingkat SMP dalam upaya pencegah penyebaran Virus HIV AIDS ini di kalangan anak-anak," ujarnya.

Dewa Nyoman Suyetna mengungkapkan, pentingnya edukasi ini diperkuat oleh temuan beberapa siswa SMP di Denpasar yang positif terinfeksi HIV setelah menjalani tes di yayasan.

"Beberapa anak SMP telah ditemukan positif terpapar HIV AIDS. Sehingga penting edukasi ini," ujarnya.

Ia menekankan, peran orang tua menjadi faktor utama dalam pengawasan dan pendidikan anak-anak terkait bahaya HIV/AIDS.

Selain itu, dukungan pemerintah juga dinilai krusial untuk memperluas edukasi tentang HIV/AIDS di kalangan pelajar, khususnya di tingkat menengah dan atas, agar generasi muda memiliki pengetahuan yang cukup untuk melindungi diri dari penularan virus tersebut.

BACA JUGA:  Dirut RSUP Sanglah Apresiasi Lomba Puisi Virtual HUT RI

Pada sesi kedua, Ketua Forum Peduli AIDS (FPA) Bali Oka Negara mengatakan upaya edukasi pencegahan HIV dapat dilakukan melalui kurikulum pendidikan, mulai dari jenjang Sekolah Dasar. Hal ini karena tidak sedikit kasus penularan HIV yang ditemukan pada kalangan pelajar.

“Kita butuh edukasi seksual, kalau bisa lewat kurikulum, karena masalahnya aktivitas seksual itu tersembunyi, kita tidak pernah tahu. Berbeda dengan merokok atau pakai narkoba, jadi pada akhirnya penting membuat perilakunya sehat lewat pengetahuan,” kata Oka Negara.

Untuk jenjang sekolah dasar, menurut dia, tentu dengan materi yang lebih sederhana dibandingkan untuk jenjang SMP dan SMA, bisa mengenai materi pola hidup sehat. Jika tidak memuat dalam kurikulum, sekolah pun dapat memberikan buku panduan pencegahan kekerasan seksual atau bahaya akibat aktivitas seksual lainnya.

Materi mengenai pencegahan penularan HIV dapat dimasukkan dalam pelajaran Biologi yang di dalamnya ada materi reproduksi, maupun bisa dimasukkan dalam pelajaran sosiologi.

Scroll to Top