MANGUPURA-fajarbali.com | Jiwa Community Garden menyelenggarakan Preserve Canggu’s Green Oasis: Jiwa Garden’s Membership Launch Day, sebuah acara penting yang mempertemukan masyarakat, organisasi lingkungan, bisnis berkelanjutan, dan pengembang properti untuk membayangkan kembali masa depan urban Bali yang berkelanjutan, pada Sabtu (23/8/2025).
Sejak berdiri pada tahun 2020, Jiwa telah mengolah lebih dari 1,5 juta kilogram sampah organik, menghasilkan lebih dari 8.000 kilogram pangan organik, menyerap sekitar 700 metrik ton CO₂, dan melibatkan lebih dari 30.000 pengunjung dari 70 negara dalam pembelajaran lingkungan yang bersifat praktis.
Perayaan kali ini menandai peluncuran resmi program keanggotaan Jiwa, yang mengajak individu, keluarga, dan pelaku usaha untuk aktif mendukung restorasi lingkungan serta ketahanan komunitas di Bali.
Para pendiri Jiwa memulai kegiatan dengan sambutan, dilanjutkan tur kebun yang menampilkan fasilitas kompos, sistem permakultur, dan ruang edukasi.
Panel pertama, Ruang Hijau dan Pengembangan Komunitas, membahas peran kearifan lokal Bali, permakultur, dan perencanaan kota dalam menciptakan komunitas tangguh.
Kristina Komala dari Teman Sayur, menekankan ketergantungan manusia terhadap ruang hijau. "Langkah ini bukan hanya untuk bumi, tetapi juga untuk kita semua,” ujar Kristina Komala.
Tito Triputra dari Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali menambahkan, bahwa ruang hijau bukan pilihan, tetapi kewajiban regulasi, merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung.
“Berhenti melihat hijau sebagai hiasan-lihatlah alam sebagai modal," imbuh Jelle Therry dari Urban Nature.
Panel kedua, Properti & Pembangunan Berkelanjutan, menghadirkan Heruanda Barabah (Eco Mantra), Tobi Klanner (Altarize), Djuca Terenzi (Jiwa Garden), dan insinyur berkelanjutan Rob Dubois.
Diskusi menekankan bagaimana pesatnya pembangunan properti di Bali dapat selaras dengan pelestarian ekologi melalui desain yang berkelanjutan dan investasi yang bertanggung jawab.
Selain diskusi, festival ini menawarkan beragam kegiatan interaktif dan ramah keluarga. Peserta mengikuti sesi berkebun, lokakarya Black Soldier Fly bersama Umah Pupa, serta Kelas Kokedama-teknik menanam dengan lumut khas Jepang yang dipandu oleh Kebun Raya Eka Karya Bali.
Program juga menghadirkan permainan kemerdekaan tradisional, serta permainan bertema keberlanjutan yang dirancang oleh EcoGames.net.
Pada malam hari, pemutaran film dari The Rahayu Project dan Kebun Berdaya akan menampilkan kisah lokal tentang kepedulian lingkungan dan inovasi komunitas.
Program keanggotaan baru Jiwa diperkenalkan sepanjang hari, memberikan akses kepada anggota untuk mengikuti lokakarya, membangun jaringan komunitas, serta berperan aktif dalam membentuk masa depan Jiwa Garden.
“Ini lebih dari sekadar peluncuran — ini adalah ajakan untuk bertindak. Dengan pembangunan yang mendesak dari segala arah, Jiwa berdiri sebagai benteng hijau publik terakhir di Canggu. Hari ini membuktikan bahwa bersama-sama kita bisa melindungi dan memperluas ruang yang memberi kehidupan bagi manusia dan alam, melalui keberlanjutan yang digerakkan oleh komunitas," kata Lenny, salah satu pendiri Jiwa.