Jelang Galungan Pesanan Talenan Meningkat

(Last Updated On: 17/05/2018)

GIANYAR-fajarbali.com | Menjelang Hari Raya Galungan yang akan dirayakan sepekan ini, pesanan talenan mengalami peningkatan pesanan. Bahkan pesanan ini datang dari warga Denpasar, Badung dan Tabanan. Sehingga salah satu penjual dari enam pedagang di ruas jalan pertigaan Bangli, wilayah Desa Temesi mendapatkan berkah.



Melewati pertigaan Bangli wilayah Desa Temesi, pemandangan talenan sudah tidak asing lagi. Terdapat enam pedagang talenan, yang semuanya berasal dari Desa Trunyan, Kintamani, Bangli. Salah satu penjual talenan yang pertama menjual talenan di pertigaan Bangli, adalah Wayan Rudi yang letak dagangannya paling selatan.

“Pertama yang saya jual adalah pengotok (palu dari les Celagi/pohon Asam), itu di Tahun 1990 lalu,’’ jelas Wayan Rudi, Kamis (17/5/2018). Karena penjualan pengotok seret, maka iseng-iseng dirinya bersama istrinya menjual talenan. “Waktu itu, belum ada yang menjual talenan dan jual beli talenan saat itu belum lumrah,” beber Wayan Rudi sambil bekerja menghaluskan talenan pesanan.



Setelah penjualan talenan membuahkan hasil dan kewalahan menerima pesanan, maka salah satu keluarganya diajak untuk menjual talenan. Disebutkan selain saudaranya, warga lain dari Desa Trunyan juga diajak menjual talenan di Pertigaan Bangli. “Kebetulan saja, kami semua yang menjual talenan dari Desa Trunyan, Bangli,” ungkapnya.

Pertama mencoba menjual talenan sebanyak 20 buah dengan ukuran diameter 30 cm. “Ternyata hari itu juga semua laku, akhirnya saya beralih menjual talenan sampai saat ini,” tutur Wayan Rudi. Pada saat itu talenan ukuran 30 cm dijual dengan harga Rp 15.000 dan peminatnya banyak. Sedangkan saat ini, talenan dengan ukuran 30 cm dijual dengan harga Rp 45.000, ukuran 40 cm dijual denga harga Rp 70.000 dan ukuran 65 cm dengan harga 200.000. Pada hari biasa, rata-rata mampu menjual 15-20 talenan perhari. Sedangkan jelang Hari Raya Galungan, penjualannya meningkat sampai 40 talenan perharinya.

Selain menjual dengan memajang dipinggir jalan, talenan produksinya juga dipesan warga dari Tabanan, Denpasar dan Badung untuk dijual kembali. Sedangkan pemesan paling banyak dari pedagang Pasar Beringkit, Badung. Dimana pedagang luar ini mengambilnya sekali dalam sebulan.




Wayan Rudi sendiri mengaku kalau pohon celagi/asem (tamarindus indica) semakin susah dicari. Sebelumnya, dirinya mencari pohon asem di wilayah Bangli dan Gianyar. Namun karena semakin langka, dirinya mencari pohon celagi sampai ke Buleleng.

‘’Semakin susah carinya sekarang, semakin langka. Bahkan saya mencarinya sampai ke Buleleng wilayah Kubutambahan,’’ bebernya. Perpohon celagi tersebut dibeli dengan harga mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, tergantung besar kecil pohon.




Kekhawatirannya juga beralasan, mengingat tidak semua daerah terdapat pohon celagi. Bahkan saat ini dirinya berburu  pohon celagi ke Buleleng bagian Barat, daerah Gerokgak.

“Kami berharap pohon celagi tetap eksis, kalau semakin langka, maka kami menjualnya semakin mahal,” ungkapnya. Selain pohon celagi, pohon jeruk Bali juga bias dipakai talelan, namun jenis pohon ini juga sudah langka. Sedangkan talenan dari pohon Intaran dan pohon Kesambi, kualitas talenannya dibawah celagi. Disamping itu, talenan dari intaran menyebabkan adonan makanan menjadi pahit. (sar)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Jelang Hari Raya, Harga Daging Ayam Naik

Kam Mei 17 , 2018
Dibaca: 15 (Last Updated On: 17/05/2018)DENPASAR-fajarbali.com | Memasuki Bulan Ramadhan dan jelang Hari Raya Galungan-Kuningan, harga daging ayam di pasaran mulai melonjak. Pantauan di lapangan, peningkatannya mencapai Rp 2.000 hingga Rp 4.000 per kilogram (kg).  Save as PDF

Berita Lainnya