DIGITAL-Seminar untuk Guru SMA/SMK se-Bali yang dimotori ITB Stikom Bali, di kampus setempat, Senin (10/4).
DENPASAR – fajarbali.com | Ada hal menarik yang disampaikan Rektor ITB Stikom Bali Dr. Dadang Hermawan, saat membuka Seminar Guru SMA/SMK se-Bali bertema “Membangun Mindset Digital Guru di sekolah” di Kampus ITB Stikom Bali, Denpasar, Senin (10/4).
Mencermati pola rekrutmen di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun perusahaan multinasional, Dadang mengunkap terjadi pergeseran mendasar. Dimana semua formasi yang diperlukan mengutamakan sarjana komputer atau sumber daya manusia yang menguasai teknologi, informasi dan komputer (TIK).
“Kalau dulu, posisi marketing akan direkrut sarjana kominikasi, bagian akuntansi direkrut sarjana akuntansi. Pokonya linier dengan bidangnya. Namun kini, untuk semua posisi diutamakan orang TIK,” jelas Dadang.
Setelah bergabung dengan perusahaan, lanjut dia, barulah orang-orang berbasis TIK itu dilatih dalam posisi barunya, misalnya teknik berkomunikasi, marketing, manajemen dan sebagainya.
Untuk itulah, ia menilai seminar yang digelar ITB Stikom Bali untuk seluruh guru SMA/SMK se-Bali sangat bermanfaat menyikapi fenomena saat ini dan di masa depan.
Dadang mencontohkan, perusahaan Astra, dalam tiga tahun membutuhkan 1000 orang TIK, namun kuota itu belum juga terpenuhi. Demikian pula di Kejaksaan Agung, dalam setiap pembukaan calon pegawai, formasi untuk TIK terbuka lebar.
“Pernah saya didatangi tamu dari Kejaksaan Negeri Badung, mereka memerlukan sarjana komputer yang banyak, sampai beliau minta data alumni kami,” terang dia.
Namun demikian, di hadapan para guru peserta seminar, Dadang berpesan bahwa pendidikan karakter jangan sampai dilupakan di tengah gempuran teknologi dan arus globalisasi.
Sebagai pendidik, Dadang mengaku miris melihat banyaknya pejabat-pejabat yang terlibat bermacam kasus yang memalukan. Indonesia, kata Dadang, tidak kekurangan orang pintar, hanya saja dalam hal karakter perlu digembleng lagi.
“Kita lihat bagaimana seorang jenderal berbuat memalukan. Pejabat pajak juga berbuat serendah itu. Setelah sukses mereka tercela. Mereka dulu adalah murid-murid kita. Saya lihat ada kekeliruan,” katanya.
Karenanya, Dadang meminta pendidikan karakter hendaknya diselipkan di setiap perkuliahan atau pembelajaran, seperti halnya di ITB Stikom Bali group.
“Kami di setiap perkuliahan menyelipkan 5-10 menit materi yang menggugah karakter peserta didik. Ini di luar ketentuan mata kuliah yang diwajibkan oleh undang-undang tentang Pendidikan, yakni Pancasila, Kewarganegaran, Agama dan Bahasa Indonesia,” pungkas Dadang.
Hadir sebagai narasumber, Andiantono, seorang pengembang sistem informasi. Pada kesempatan itu juga dirangkai kerja sama lanjutan antara ITB Stikom Bali dengan SMA Bali Mandara. (gde)