Inovatif, Mahasiswa Unmas Denpasar Perkenalkan Pengelolaan Sampah Metode Maggot

IMG-20250819-WA0017
“Pengelolaan Sampah Organik dengan Metode Maggot” di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

Loading

SEMARAPURA-fajarbali.com | Sejumlah mahasiswa Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar yang tergabung dalam kelompok pengabdian masyarakat menggelar program inovatif bertajuk “Pengelolaan Sampah Organik dengan Metode Maggot” di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

Program ini digagas sebagai solusi atas persoalan serius terkait sampah organik di desa tersebut. Volume sampah rumah tangga yang terus meningkat tidak diimbangi sistem pengelolaan yang memadai.

Akibatnya, warga masih mengandalkan metode tradisional seperti pembakaran dan penimbunan yang berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan.

Melalui budidaya larva Black Soldier Fly (BSF) atau maggot, program ini mengedukasi warga tentang pengolahan sampah organik secara ramah lingkungan dan produktif.

Maggot BSF diketahui mampu menguraikan sampah organik dengan cepat sekaligus menghasilkan pakan ternak bergizi dan pupuk organik (frasgot).

Kegiatan demonstrasi dilaksanakan pada 2 Agustus 2025 di TPS 3R Desa Tusan dan diikuti oleh 30 peserta, termasuk 6 orang staf pengelola TPS. Rangkaian kegiatan mencakup penyuluhan, praktik pemberian pakan, simulasi panen pupuk frasgot, hingga diskusi peluang usaha. Pembuatan kandang maggot dilakukan pada 7–16 Agustus 2025.

Antusiasme peserta cukup tinggi, dengan tingkat kehadiran mencapai 95 persen. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pemahaman warga terkait siklus hidup maggot dan manfaat ekologis serta ekonomisnya.

Pengelola TPS 3R bahkan mulai menerapkan pemilahan sampah rumah tangga sebagai pakan maggot, serta merancang pembentukan unit usaha berbasis produksi maggot.

Setelah demonstrasi, pengelola merekomendasikan untuk pembuatan kendang maggot untuk melanjutkan perkembang-biakan maggot tersebut. Mahasiswa mulai menggarap proyek pembuatan kendang maggot.

Setelah pembuatan selama 1 minggu, mahasiswa melakukan serah terima kandang maggot kepada pengelola TPS pada Hari Sabtu, 16 Agustus 2025.

Dampak positif dari kegiatan ini dirasakan dalam tiga aspek: lingkungan (pengurangan volume sampah), ekonomi (peluang usaha pakan ternak dan pupuk), dan sosial (kesadaran kolektif warga terhadap pengelolaan sampah berkelanjutan).

BACA JUGA:  Koster: Pejabat Bali Bisa Masuk Penjara, Jika TPA Suwung Tak Ditutup

Namun demikian, tim pelaksana mengingatkan pentingnya manajemen yang baik agar potensi risiko lingkungan seperti bau dan hama akibat limbah maggot yang tidak dikelola dapat dihindari. Pengelolaan yang cermat serta sanitasi yang memadai menjadi kunci keberhasilan jangka panjang program ini.

Program pengabdian masyarakat ini dinilai sukses dan berpotensi untuk berkelanjutan, terutama dengan dukungan pemerintah desa dan partisipasi aktif warga.

Disarankan agar program ini mendapatkan pendampingan lanjutan dan dikembangkan menjadi unit usaha produktif yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tusan.

Scroll to Top