GIANYAR-fajarbali.com | Dalam upaya inspiratif untuk melestarikan warisan budaya, PKM Unwar yang dipimpin oleh Dr. Agus Darma Yoga Pratama, S.S., M.Hum. telah dilaksanakan di Pejeng Kangin, Gianyar, dengan fokus pada revitalisasi tenun Cagcag.
Kain Cagcag merupakan bagian penting dari budaya Bali, yang biasanya digunakan dalam upacara dan acara keagamaan. Namun, akibat meningkatnya produksi tekstil massal dan perubahan preferensi konsumen, popularitas tenun Cagcag telah menurun.
Para perajin lokal, yang tergabung dalam kelompok “Merak Mas”, menghadapi tantangan dalam produksi dan pemasaran, yang menyebabkan penurunan omset mereka.
Program ini bertujuan untuk memberdayakan para perajin dengan memperkenalkan diversifikasi produk yang inovatif, termasuk transformasi kain Cagcag menjadi pakaian modern.
Inisiatif ini dirancang untuk memperluas jangkauan pasar di luar komunitas lokal.
Sebagai bagian dari pelaksanaan program, tim memberikan sesi pelatihan tentang strategi pemasaran yang efektif, termasuk pemanfaatan platform media sosial, serta praktik pembuatan katalog produk.
Para perajin mengikuti praktik langsung dalam menciptakan katalog yang menampilkan produk mereka dengan deskripsi rinci, konteks sejarah, dan informasi harga.
Selain dukungan pemasaran, program ini juga menekankan manajemen keuangan, membekali para perajin dengan keterampilan penting dalam pengelolaan arus kas dan strategi penetapan harga.
Pelatihan ini bertujuan untuk mendorong pendekatan yang lebih profesional terhadap kerajinan dan operasi bisnis mereka.
“Kami percaya bahwa dengan meningkatkan keterampilan mereka dan memberikan bahan yang diperlukan, kami dapat membantu para perajin tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di pasar modern,” kata Agus Darma Yoga Pratama.
Antusiasme para perajin sangat tinggi dalam mengikuti program ini yang ditandai dengan tanggapan yang sangat positif.
Ni Made Murniawati, ketua kelompok Tenun Merak Mas, mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan dan mengungkapkan.
“Program ini memberikan nuansa baru dalam mempromosikan kain tenun cagcag yang mulai ditinggalkan," kata Murniawati.
Apalagi anak muda sekarang, mereka enggan menggunakan kain tradisional karena dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Inovasi dalam pakaian bisa menjadi solusi dalam mempertahankan kain tenun cagcag agar tetap eksis di masyarakat, terutama generasi muda.
Program ini tidak hanya berfokus untuk melestarikan aspek penting dari budaya Bali, tetapi juga berupaya memberdayakan komunitas lokal secara ekonomi, memastikan bahwa seni tenun cagcag terus berkembang untuk generasi yang akan datang.