Green Destinations Top 100 Stories 2025, Jatiluwih Bali Ukir Prestasi Global Lewat “Green Miracle in a Cultural Heritage Living Museum”

WhatsApp Image 2025-09-30 at 17.50.52
Kepala Pengelola DTW Desa Jatiluwih, John Ketut Purna (dua dari kanan) saat menerima penghargaan di ajang internasional Green Destinations Top 100 Stories 2025.

TABANAN-fajarbali.com | Jatiluwih, Bali, kembali mengukir prestasi gemilang di kancah internasional. Desa wisata yang terkenal dengan sawah terasering Subak-nya ini diumumkan sebagai salah satu destinasi berkelanjutan terbaik dunia dalam ajang Green Destinations Top 100 Stories 2025 yang digelar di Montpellier, Prancis.

Pengumuman yang sangat dinantikan ini menempatkan Jatiluwih sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia yang berhasil meraih penghargaan prestisius tersebut untuk tahun 2025, mengukuhkan posisinya sebagai mercusuar global bagi pariwisata yang bertanggung jawab.

Di tengah persaingan ketat dengan lebih dari 600 destinasi dari 60 negara, Desa Jatiluwih sukses menembus daftar elit Green Destinations Top 100 melalui kisah inspiratif yang berjudul "Green Miracle in a Cultural Heritage Living Museum". Kisah ini bukan sekadar narasi, melainkan pembuktian nyata bagaimana warisan Subak, sistem irigasi tradisional Bali yang diakui UNESCO dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan perkembangan pariwisata modern.

Green Destinations dikenal dengan proses seleksi yang sangat ketat, didasarkan pada kriteria internasional yang mengukur keberlanjutan dari berbagai aspek, mulai dari lingkungan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian budaya, hingga tata kelola. Setiap destinasi dituntut tidak hanya bercerita, tetapi wajib membuktikan dampak nyata dan terukur di lapangan. Jatiluwih, dengan integritasnya dalam menjaga Subak, membuktikan bahwa harmoni antara alam, budaya, dan masyarakat bukan hanya visi, melainkan realitas sehari-hari yang mereka jalankan.

Bagi masyarakat Desa Jatiluwih, pengakuan ini jauh melampaui sekadar piagam. Ini adalah bentuk penghargaan dunia atas dedikasi dan kerja keras para petani, pemuda desa, dan seluruh masyarakat yang menjaga sistem Subak tetap hidup dan relevan. Sawah terasering yang mereka garap kini tak hanya berfungsi sebagai sumber pangan, tetapi juga diakui sebagai warisan budaya dan spiritual yang terukir di bumi Bali.

BACA JUGA:  Dorong Kebangkitan Pariwisata Bali, LPM Legian bersama HBI Gelar Bupati Cup Flair Competition 2022

"Penghargaan ini milik seluruh masyarakat Jatiluwih. Kami menjaga tradisi bukan untuk dikenang, tapi untuk dijalani bersama generasi mendatang," ujar John Ketut Purna selaku Kepala Pengelola DTW Desa Jatiluwih, penuh rasa syukur. Pernyataan ini menegaskan filosofi luhur di balik keberhasilan Jatiluwih yakni memandang warisan bukan sebagai benda mati, melainkan sebagai proses hidup yang berkelanjutan.

Prestasi ini sekaligus melengkapi deretan pengakuan internasional yang telah diterima Jatiluwih, setelah sebelumnya dinobatkan sebagai Best Tourism Village in the World oleh UN Tourism pada tahun 2024. Dengan capaian terbarunya, Jatiluwih kini sekali lagi membuktikan diri sebagai model global bagi pariwisata berkelanjutan—sebuah contoh nyata bahwa destinasi wisata bisa mendatangkan kesejahteraan tanpa harus mengorbankan akar budaya dan alamnya.

Ke depan, Jatiluwih berkomitmen penuh untuk terus bergerak menuju pariwisata regeneratif. Artinya, setiap langkah pengelolaan pariwisata tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan budaya, alam, dan tradisi, tetapi juga untuk secara aktif memulihkan ekosistem, memperkuat identitas budaya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan prinsip ini, Jatiluwih berharap setiap tamu yang datang tidak hanya menjadi penonton, melainkan ikut terhubung, belajar, dan membawa pulang inspirasi tentang bagaimana hidup selaras dengan alam, budaya, dan masyarakat. (M-001)

Scroll to Top