Gas Metana Muncul di TPA Peh Jembrana

Perluasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Peh Desa Kaliakah Kecamatan Negara, Jembrana dikejutkan dengan munculnya gas metana. Tumpukan sampah yang ditimbuni urugan tanah berada di lokasi utara gundukan sampah yang berada di sisi selatan. Munculnya gelembung semburan gas sempat direkam oleh warga sekitar TPA dan menyebar di akun medsos.

NEGARA-fajarbali.com | Dari pantauan Senin (15/1/2018), gelembung gas muncul di permukaan retakan-retakan tanah dan tampak jelas pada puluhan cekungan tanah berlumpur yang masih tergenang air hujan.

Namun, munculnya gelembung gas di TPA Peh, tak mempengaruhi aktifitas pemulung dan pekerja yang ada di areal TPA. Bahkan ada juga yang datang ke lokasi TPA, seperti anak-anak hanya ingin melihat munculnya gas dari urugan tanah di lokasi timbunan sampah. Padahal lokasi tersebut baunya cukup menyengat dan berlumpur.

Ketut Daton (58) asal Desa Kaliakah, salah seorang operator eskavator di TPA Peh ditemui di sela-sela bekerja mengatakan munculnya gas di lokasi urugan perluasan TPA itu, diperkirakan sejak Senin (11/12/2017) lalu.

“Kayaknya muncul gas itu ketika baru dilakukan pengurugan pada kubangan sampah,” ujar Daton. Perluasan TPA tersebut untuk mengurangi gundukan sampah yang makin hari makin menggunung.

“Setelah kubangan ini diurug, lalu keluar gas,” terang Daton yang juga seorang PNS bertugas sebagai operator alat berat. Dia mengaku bekerja sebagai operator alat berat cukup lama dari tahun 1994 dan munculnya gas di areal TPA baru pertama kali.

Wayan Dwiyana (38) asal Dewasana Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana selaku pelaksana Proyek Perluasan TPA Peh ditemui di lokasi kemarin menyampaikan munculnya gas tersebut saat mulainya proses pengurugan di kubangan yang sudah berisi sampah dengan kedalaman 4,78 meter. Urugan perluasan TPA tersebut seluas 65,8 meter x 28,15 meter. Proyek ini katanya dimulai tanggal 23 November.

“Kubangan sampah yang kami buat penuh dengan sampah dengan ketinggian 1 meter di atas tanah,” jelasnya. Gas itu muncul, ketika urugan belum seluruhnya dengan ketebalan urugan tanah sekitar 50 cm. Pihaknya sudah memperkirakan akan muncul gas dari tumpukan sampah-sampah, sehingga di bawahnya dengan ditimbuh tanah sudah dipasang pipa dan dipermukaan juga dipasang dua pipa sebagai pembuangan gas.

Tidak hanya itu, pelaksana proyek lainnya, Putu Ardika (33) asal Kaliakah Negara menyebutkan gas yang muncul di perluasan TPA itu, bisa disebut dengan gas metana.

Gas ini muncul diperkirakan akibat adanya proses pelapukan atau permentasi sampah. Tumpukan paling bawah sudah diisi dengan geo membrane setebal 5 mm dan kedap air, lalu diatasnya ditimbuni tanah. Munculnya gas tersebut dapat juga bisa menyulutkan api dan bau yang ditimbulkan dari gas lama-lama akan berbahaya serta mengakibat badan lemas.

Terkait itu, Kadis Lingkungan Hidup (LH) Jembrana, I Ketut Kariadi kemarin mengatakan munculnya gas tersebut sudah dilakukan pengecekan. Munculnya gas di areal tumpukan sampah seperti di TPA, merupakan hal yang biasa. Gas yang muncul merupakan permentasi sampah yang diawali muncul panas kemudian kena hujan dan dibantu bakteri serta jamur. Perluasan TPA ini didasarnya juga dilapisi geo membrane kedap air sehingga taak terjadi peresapan ke tanah, lalu timbulkan gas metan dan muncul di permukaan tanah melalui celah-celahnya. Meski gas ini tidak berbahaya, namun para pekerja di lolasi TPA, termasuk pemulung, setidaknya harus menggunakan masker. (prm)

Scroll to Top