Untuk realisasi bantuan tersebut, lanjut Dirgayusa yang juga Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Bangli, akan dilakukan secepatnya. “Kamis ini (besok-red), bantuan tersebut akan disalurkan secara langsung oleh Bupati secara simbolis,” jelasnya.
Sementara sasaran masih dibuat oleh Dinas Sosial. Yang pasti, kata Dirgayusa, peruntukkan bantuan sembako tersebut, untuk masyarakat Bangli yang tidak mampu, masyarakat terdampak dan yang tidak dapat bantuan dari Pusat maupun Propinsi. Polanya dengan melakukan pemotongan gaji atau TPP khusus ASN.”Itu sumbangan sukarela dari ASN untuk meringankan masyarakat. Sementara untuk PTT tidak dikenakan,” jelasnya.
Baca Juga :
Okupansi Hotel Merosot, PPKM Darurat Diminta Tak Diperpanjang
Masyarakat Diingatkan Taat Prokes 6 M Tim Yustisi Jaring 4 Pelanggar Prokes
Kata Dirgayusa, dari hasil reka-reka, pihaknya memperkirakan dengan system tersebut akan mampu menyasar sebanyak 6.000-an masyarakat Bangli yang akan diberikan bantuan. Latar belakang gerakan gotong royong ASN tersebut dilakukan, mengingat anggaran yang bersumber dari APBD, memang belum ada. “Selama ini, yang diberikan bantuan hanya untuk yang melaksanakan isolasi mandiri saja,” jelasnya
Dijelaskan juga, hasil evaluasi pelaksanaan PPKM Darurat 3 sampai 20 Juli, di Kabupaten Bangli justru terjadi kecenderungan trend peningkatan kasus.”Secara umum, saat PPKM darurat justru kasusnya malah ada peningkatan,” sebutnya. Hal ini terjadi, lantaran tracking diperluas. Trackingnya saat ini, satu kasus berbanding 20 orang yang ditracking. “Karena itu, peluangnya jadi lebih tinggi,” jelasnya. Sehingga pihaknya menganalisa, kemungkinan masih banyak warga yang tidak diketahui terkonfirmasi.
Selain itu, tingkat kepatuhan masyarakat disebutkan juga cenderung menurun. Terutama dalam kegiatan-kegiatan upacara keagamaan. Akibat klaster kegiatan agama beberapa kali muncul di Bangli di tengah pelaksanaan PPKM Darurat. “Ada beberapa contoh desa, setelah selesai kegiatan keagamaan ada peningkatan kasus. Terutama saat ngaben dan metatah. Sesuai analisa dari tim, contohnya kalau tidak salah seperti di Desa Tembuku dan Peninjoan. Itu memang beresiko sekali,” bebernya. Bahkan disebutkan, penyebaran Covid-19, sudah merata ada di setiap desa di Kabupaten Bangli.
Untuk itu , Dirgayusa menekankan, jaga jarak sangat penting diterapkan dan pengendalian kerumunan. “OTG-OTG ini kan tidak terdeteksi. Ini yang berbahaya, karena tidak terdeteksi. Kalau semisal ambil sampel sembarang, bisa mungkin akan lebih banyak yang muncul. Sehingga sesuai program pemerintah, sangat penting mengikuti Prokes. Masyarakat harus patuh pada prokes,” jelasnya. Sementara terkait masa berakhirnya PPKM Darurat, pihaknya belum bisa memastikan. “Kami masih menunggu informasi resminya terlebih dahulu,” pungkasnya. (ard)