Djarum Trees For Life Ajak Mahasiswa Tanam 5.000 Bibit Mangrove di Pemogan, Bali

Vice President Director Djarum Foundation, FX Supanji (tengah), Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir. Inge Retnowati, akademisi dari Institut Pertanian Bogor Dr. Soni Trison, S.Hut., M.Si, dan artis Nana Mirdad serta mahasiswa saat acara penanaman bibit di Kawasan Hutan Mangrove, Pemogan Denpasar, Rabu (31/08)

DENPASAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com|Djarum Trees For Life (DTFL), dalam program konservasi lingkungan di bawah naungan Bakti Lingkungan Djarum Foundation menanam 5 ribu pohon bibit di Kawasan Hutan Mangrove Pemogan Denpasar Bali, Rabu (31/08/2022).

Acara yang juga dibarengi dengan diskusi interaktaif itu dihadiri oleh Asisten Pemerintah dan Kesra Sekda Provinsi Bali, I Gede Indra Dewa Putra dalam hal ini mewakil Gubernur Bali, Direktur Rehabilitasi Perairan Darat & Mangrove, Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan; Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum., Vice President Director Djarum Foundation; FX Supanji, Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB); Dr. Soni Trison, S.Hut., M.Si, dan artis Nana Mirdad.

Gubernur Bali dalam sambutannya dibacakan oleh I Gede Indra Dewa Putra, mengatakan pelestarian kawasan Mangrove di Bali bukan hanya tanggungjawab pemerintah Provinsi, namun menjadi kewajiban seluruh elemen masyarakat dan stakeholder untuk turut serta melakukan upaya-upaya pelestarian kawasan Mangrove sejalan dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Sungai, Mata Air, Danau dan Laut.

"Kami mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kegiatan penanaman dan konservasi Mangrove yang diinisiasi oleh Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life. Kegiatan ini merupakan bentuk aksi nyata penanaman mangrove sebagai simbul upaya keberlanjutan lingkungan dan mengurangi efek perubahan iklim serta wujud kepedulian dan pelestarian hutan mangrove," kata Gubernur Bali dalam sambutannya.

Bali Memiliki Kawasan Hutan Mangrove Seluas 3.000 Hektar. Dari jumlah tersebut sebesar, 44% (1.373,50 ha) ada di Kawasan Hutan TAHURA Ngurah Rai. Kawasan Hutan Tahura Ngurah Rai memiliki 17 spesies Mangrove sejati (true Mangrove) dan 16 spesies Mangrove ikutan (Mangrove assosiate), disamping itu juga terdapat berbagai jenis burung, kepiting dan ikan yang hidup di dalam kawasan tersebut.

BACA JUGA:  25 SD di Karangasem Masih Tunda Gelar PTM

Namun seiring berjalannya waktu, luas hutan mangrove Tahura mengalami penurunan yang diakibatkan oleh berbagai hal diantaranya adanya konversi kawasan hutan untuk berbagai kepentingan publik dan program nasional yang tidak dapat terelakkan. Hal ini kata gubernur, dikarenakan posisi kawasan TAHURA Ngurah Rai yang sangat strategis berada pada pusat pertumbuhan industri pariwisata wilayah Sanur, Kuta dan Nusa Dua.

Vice President Director Djarum Foundation, FX Supanji mengatakan Mangrove menjadi salah satu tumbuhan sentral dalam penanganan perubahan iklim karena kekayaan fungsi fisik, ekologi, sosial, ekonomi. Upaya pelestarian Mangrove harus berkelanjutan mengingat tanaman yang hidup di wilayah perairan ini rentan mengalami kerusakan, baik secara alami maupun karena aktivitas manusia. Indonesia yang memiliki luasan Mangrove hingga 22,6 persen dari total keseluruhan dunia memainkan peran sentral, termasuk dalam hal serapan emisi karbon yang sangat besar dari Mangrove.

"Oleh karenanya, kami akan selalu berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam pelestarian Mangrove di Indonesia,” tegas Supanji.

Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove, Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir. Inge Retnowati, M.E. menyebut Mangrove mempunyai kemampuan menyimpan cadangan karbon 4 sampai 5 kali lebih besar dari tanaman hutan di daratan, sehingga jika semakin banyak lahan Mangrove yang dibuka, maka akan semakin membantu dalam pengendalian iklim.

"Untuk memaksimalkan nilai ini, perlu kerja sama berbagai pihak, dari kementerian, akademisi hingga peran swasta. Kami mengapresiasi upaya Djarum Trees for Life, termasuk dengan mengajak mahasiswa untuk sedari awal memahami upaya pelestarian mangrove untuk masa depan ini," ujar Inge.

Dalam kesempatan tersebut, DTFL juga bekerja sama dengan Dr. Soni Trison, S.Hut., M.Si, akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk meluncurkan studi singkat bertajuk “Pengelolaan Hutan Mangrove dalam Rangka Mitigasi Degradasi Ekosistem dan Penguatan Karbon Biru.”

BACA JUGA:  Ujian Akhir Semester Warga Binaan Lapas Anak Pakai Gedung SKB dan STKIP

Soni mengalkulasi, upaya DTFL dan mahasiswa ini dapat mendukung penyerapan 468,69 ton per hektar emisi karbon di Provinsi Bali, yang dapat dicapai dalam 20 tahun ke depan. Setelah tanaman tumbuh pada usia 10 tahun, masyarakat juga dapat memanfaatkan nilai guna langsung dari hutan Mangrove untuk budi daya kepiting, serta memproduksi berbagai produk turunan dengan nilai mencapai Rp17 juta per Ha per tahun.

Di samping itu, masyarakat pun dapat menerima manfaat atas nilai guna tidak langsung dari sektor ekowisata dan jasa lingkungan lainnya hingga Rp87 juta per Ha per tahun. Hal ini diproyeksikan dapat menggerakkan perekonomian, dengan total mencapai Rp104 juta per Ha per tahun.
“Manfaat ini akan lebih optimal jika aksi rehabilitasi dan konservasi mangrove dilakukan secara terintegrasi hingga tahun 2042,” kata Soni. (dj)

Scroll to Top