Ditengah Pandemic Covid-19 Permintaan Manggis Untuk Ekspor Cukup Tinggi

TABANAN - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Salah seorang eksportir manggis  dari Tabanan sekaligus pengelola usaha PT., Radja Manggis Sejati, Jro Putu Tesan, Senin (27/4/2020) mengungkapkan, di tengah pandemi corona permintaan pasar ekspor untuk manggis tetap ada. Volumenya, bahkan mencapai total 30-40 ton per hari dipasok oleh tiga perusahaan. Yakni, PT Raja Manggis, PT Bagus Segar Utama dan PT Manggis Lestarai Abadi. Rencananya ekspor manggis produksi petani lokal ini terserap ke Dubai Uni Emirat Arab, selain ke pasar Tiongkok.  

 

 

Hal ini membuktikan, Bali masih menjadi salah satu tujuan ekspor dari sejumlah Negara untuk produk pertanian, ternyata di tengah pandemi corona (covid-19) pulau dewata mampu tetap eksis sebagai eksportir sejumlah komoditi hasil pertanian. Tak tangung-tanggung volume ekspor mencapai puluhan ton per hari.

 

“Sebenarnya ekspor ke Dubai untuk manggis ini bukan menjadi pasar baru bagi buah lokal. Sebab, tujuan ekspor yang sama sudah pernah terjadi sejak 1997 lalu,” tuturnya yang juga sebagai Ketua Asosiasi Ekspor manggis.

 

Tesan menjelaskan, ekspor dengan tujuan Dubai ini sudah secara kontinu terjadi, cuma memang dari segi volume permintaan untuk di Negara tersebut tidak sebanyak dibandingkan dengan permintaan pasar Tiongkok. Katanya, ekspor manggis ke Dubai hanya berkisar 1-2 ton per hari, sedangkan sisanya atau sekitar  80 persen terserap ke pasar Tiongkok dan itu pula yang sekaligus memposisikam bahwa Negara tirai bambu ini menjadi tujuan ekspor terbesar untuk produksi manggis dari Indonesia, termasuk Bali selama ini.   

 

“Sebenarnya pangsa pasar ekspor manggis ini tidak hanya pada dua Negara itu saja, potensi yang sama juga ada di Eropa. Cuma, saat ini buah produksi Indoesia di Eropa belum terdaftar, sehingga tidak bisa masuk, terlebih lagi dengan kondisi pandemi membuat ekspor manggis terganjal untuk masuk pasar Eropa,” ujarnya.

BACA JUGA:  Bupati Tabanan Berikan Dukungan Langsung Penilaian Kampung Tertib Lalu Lintas di Sanggulan, Tabanan

 

Sambungnya, di tengah pandemi corona ekspor manggis ini tetap berjalan, namun kini khususnya ke Tiongkok pengirimannya sebagian besar melalui jalur laut (Tanjung Priuk Jakarta). Di sisi lain akuinya, saat ini di Tiongkok harga manggis produksi petani lokal mengalami penurunan sejak lima hari terakhir, menyusul membanjirnya pasokan dari Negara pesaing. Yakni, Thailand.

 

“Itu pula yang membuat kami hanya bisa mengambil produksi di petani di kisaran Rp 8.000-Rp 9.000 per kg. Sebab, harga jual manggis di Negara tujuan hanya berkisar Rp 12 ribuan saat ini. Sementara, untuk di Dubai harga manggis lebih mahal dibandingkan Tiongkok, cuma volumenya terbatas,” kilahnya.

 

Bercermin dari itu sebenarnya, produksi manggis di tingkat petani lokal bisa terserap dengan maksimal, mengingat kebutuhan untuk mengisi pasar ekspor terus terjadi selama ini. Prediksinya, serapan untuk pasar ekspor untuk manggis lokal ini bahkan mencapai seratus persen dari jumlah produksi.

 

“Itu kemudian menyebabkan harga manggis di tingkat petani ini masih menguntungkan. Yakni, berkisar Rp 5.000 per kg yang merupakan di atas harga produksi. Harga produksi di tingkat petani hanya Rp 4.000 per kg, sehingga masih ada untung,” tandasnya. (kdp)

Scroll to Top