Dihari Kemerdekaan, Sumerta Akui Belum Rasakan Kemerdekaan

WhatsApp Image 2025-08-06 at 18.34.17_2e8116cd
Gede Sumerta saat akan berangkat menjala ikan hanya untuk mencari rupiah guna menyambung hidup

Loading

BULELENG-fajarbali.com | Dibulan yang bersejarah yakni Agustus yang merupakan hari kemerdekaan bangsa ini ada juga warga masyarakat yang belum merasakan hari kemerdekaan. Seperti yang diakui Gede Sumerta (16) yang merupakan warga masyarakat Dusun Ambengan, Desa Banjar, Kecamatan Banjar yang kini hidupnya sebatangkara lantaran kedua orang tuanya telah meninggal dunia akibat sakit yang dideritanya.

Sumerta yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara itu mengakui ibunya meninggal dunia setelah mengalami sakit saat dirinya berusia dua tahun. Sedangkan bapaknya meninggal dunia saat dirinya menginjak usia delapan tahun tepatnya saat dirinya masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar (SD).”Banyak orang bila hari ini merupakan hari kemerdekaan bangsa ini namun terus terang saya sendiri belum merasakan kemerdekaan itu. Saya hidup sendiri, tanpa kedua orang tua,”akunya dengan mata berkaca-kaca saat dikonfirmasi, Rabu (6/8/2025) siang.

Kini sumerta hidup sendiri disebuah rumah peninggalan kedua orang tuanya dan harus berjuang banting tulang untuk mencari sesuap nasi guna menyambung hidupnya. Dia mengaku untuk mendapatkan rupiah peria berambut keriting itu harus menjala ikan dipantai Banjar yang nantinya hasilnya akan dijual kepada tetangganya.”Saya setiap harinya menjala ikan. Kemudian hasilnya saya jual kemudian uangnya saya pakai bekal sekolah,”cetusnya lagi.

Dikonfirmasi hasil menjalan ikan setiap harinya? Sumerta mengaku dari hasil menjala ikan dipinggiran Pantai Banjar hanya menghasilkan Rp 10 ribu kadang kurang tergantung cuaca dilaut.”Kalau hasil menjala ikan paling saya dapat ikan setengah plastic kemudian saya jual kepada tetanggal paling besar Rp 10 ribu dan bahkan kadang tidak dapat apa. Dari hasil itu saya manfaatkan untuk bekal sekolah dan makan dirumah,”tuturnya lagi.

Lebih jauh dirinya menceritakan selama ini tidak pernah menerima uluran tangan atau bantuan dari pemerintah baik desa, kecamatan atau pemerintah daerah. Terkait dengan biaya sekolah dirinya mengakui siswa yang mengalami yatim piatu dibebaskan dari biaya sekolah.”Kalau masalah bantuan baik dari desa atau pemerintahan yang lain kami tidak pernah menerima bantuan. Jangankan bantuan peratian dari pemerintah buat kami tidak ada sama sekali. Hanya Yayasan yang sudah memberikan bantuan kepada kami hanya sebesarapa,”tutrnya panjang.

BACA JUGA:  Dorong realisasi BKK 100%, Dewan Buleleng siapkan langkah koordinasi dengan pihak terkait

Pria yang mengaku kini duduk menjadi siswa di SMA Negeri 2 Banjar kelas satu itu sangat berharap adanya uluran tangan pemerintah desa ataupun pemerintah daerah guna bisa menyambung hidup dan biaya sekolah.”Ya yang menjadi harapan kami adanya bantuan pemerintah untuk biaya sekolah saya. Saya utamakan biaya sekolah yang utama,”lanjutnya sembari menjelaskan kalau kedua kakak perempuannya telah bekerja di Denpasar. @gus

Scroll to Top