AMLAPURA-fajarbali.com | Disaat hargai cabai mengalami kenaikan dalam beberapa pekan ini, tampaknya tidak begitu saja dinikmati oleh petani. Pasalnya, tanaman cabai mereka mengalami kerusakan diakibatkan oleh seringanya di guyur hujan. Seperti yang dialami oleh para petani cabai di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, mereka harus menerima kenyataan cabai siap panen menguning dan buahnya pun membusuk.
Salah seorang petani cabai, I Nengah Tampi, Kamis (6/1) kemarin, harga cabai ditingkat petani saat dikisaran Rp 60 ribu hingga Rp 8p ribu perkilogramnya. Tetapi, keuntungan didepan mata pupus lantaran hujan deras kerap mengguyur wilayah Karangasem. Alhasil, buah cabai siap panen pun mengalami kerusakan. “Biasanya daunya menguning dan buahnya rusak, itu karena faktor hujan terus menerus,” ucapnya.
Tidak saja dirinya yang merasakan kerugian, sebut Tampi, kerugian juga dirasakan oleh petani lainya. Disebutkan Tampi, semestinya saat ini merupakan waktu yang tepat menikmati hasil dengan naiknya harga cabai di pasaran. Namun, karena rusak ia pun gigit jari dan mengalami keruhian puluhan juta. “Yang pasti rugi, karena cabai yang harusnys dipanen namun mengalami kerusakan,” ucapnya lagi.
Untuk menekan kerugian yang lebih besar, sebut Tampi, para petani terpaksa memanen cabai yang masih belum waktunya dipanen. Resikonya, sebutnya, harga cabai yang belum matang ini harganya jauh lebih murah dari buah cabai yang berwana merah. Harapanya, dengan memanen cabai yang belum matang agar bisa menutupi biaya perawatan. “Dari pada rugi banyak, ya mending kita panen saja meski warnanya belum merah pertanda belum matang, dan harganya sangat murah,” ucapnya lagi. (bud)