Digitalisasi Pertanian Sebagai Pemulihan Ekonomi Bali di Masa Pandemi

(Last Updated On: 25/07/2021)

Denpasar-fajarbali.com | Pengamat ekonomi, M. Setyawan Santoso berpendapat, bahwa Bali harus bertransformasi mencari sektor potensial menjadi penggerak perekonomian selain pariwisata. Meskipun demikian, transformasi pada sektor di luar pariwisata seperti pertanian, industri, dan perdagangan juga perlu dilakukan.


Ia mengatakan, sektor pertanian sebagai sektor kedua terbesar (mencapai 15 persen) di Bali berpotensi sebagai sektor yang dapat didorong ke depan. Masing-masing kabupaten/kota memiliki potensi komoditas pertanian, bahkan 6 kabupaten di Bali memiliki  kontribusi sektor pertanian lebih besar dari sektor akomodasi makanan dan minuman (akmamin).

Baca Juga :
Garda Pemuda NasDem Bali, Sumbangkan Bantuan Ke Panti Asuhan
Pendaftaran CPNS dan P3K di Karangasem Perpanjang

“Pertanian sangat layak untuk menjadi tumpuan harapan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Selain itu, ada beberapa hal yang dapat menjadi key driver pertumbuhan sektor pertanian antara lain, digitalisasi pertanian yang kini menjadi keharusan, khususnya melalui pemanfataan teknologi alat dan mesin pertanian yang terbukti mampu mendorong efisiensi waktu dan peningkatan produktivitas, serta pemanfaatan teknologi internet dalam melakukan pemasaran di masa pandemi Covid-19,” jelasnya, Rabu (21/7/2021).

Kemudian sinkronisasi program terutama untuk mendukung potensi komoditas pertanian yang sama antarkabupaten. Pertanian sebagai new growth dengan fokus penyelesaian 5 faktor utama yang perlu mendapat perhatian seperti dukungan regulasi, anggaran, kemudahan berinvestasi, pembiayaan serta kelembagaan dan pemasaran.

Santoso pun menyebutkan pemanfaatan teknologi pertanian 4.0 ialah pertanian dengan ciri pemanfaatan teknologi artificial intelligence, robot, internet of things, drone, blockchain, dan big data analitik, untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan.

“Ruang lingkup pertanian 4.0 ada dua yaitu on farm dan off farm. On farm akan dicirikan dengan pertanian presisi (precision farming). Dimulai dengan menghasilkan benih unggul berbasis bioinformatics, pengendalian hama terpadu secara cerdas dengan artificial intelligence, pemupukan presisi, penggunaan smart tractor, penyemaian benih dengan robot. Plant factory kini juga makin populer. Sedangkan off farm dicirikan tidak saja dengan agroindustri cerdas, tetapi juga sistem logistik pertanian digital. Teknologi blockchain kini mulai diaplikasikan untuk menjamin transparansi dan traceabilityaliran produk pertanian sehingga para pelaku hulu hilir bisa saling mengontrol,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan, pola pemasaran ke depan tidak lagi konvensional seperti sekarang, tetapi akan berbasis platform. Konsumen produk pertanian akan menggunakan platform melalui smartphone dalam membeli produk baik untuk memilih produk maupun menelusuri asal-usul produk.

“Tantangan digitalisasi pertanian di Indonesia adalah belum diprioritaskan adopsi teknologi digital di sektor pertanian, sehingga perlunya peningkatan literasi digital pertanian dan infrastruktur digital,” pungkasnya. (dha)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Bupati Tabanan Serahkan Bantuan Sosial PKH dan Program Sembako

Ming Jul 25 , 2021
Dibaca: 18 (Last Updated On: 25/07/2021)TABANAN-fajarbali.com | Bupati Tabanan Dr I Komang Gede Sanjaya, SE.,MM didampingi oleh Sekda Tabanan, melakukan Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai Program PKH & Program Sembako Dimasa PPKM Darurat, di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Rabu (21/7/2021).  Save as PDF

Berita Lainnya