GIANYAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Setelah berhasil mengembangkan padi organik seluas 40 hektar, Desa Sidan kini mengembangkan komoditas holtikultura seluas 15 hektar. Lahan ini didapat dari lahan milik warga yang tidak digarap namun masih produktif. Sedangkan sistemnya dengan kontrak atau bagi hasil.
Perbekel Desa Sidan, Made Sukra Suyana, Senin (23/8) membenarkan kini sedang mulai menyasar komoditas holtikultura organik. "Kalau padi sudah ada 40 hektar, nanti menyusul semua subak akan organik, selanjutnya kami juga kembangkan tanaman holtikultura, tahap pertama 15 hektar," jelas Sukra Suyasa.
Tanaman holtikultura yang dimaksud adalah tanaman Cabai, Terong, Tomat, Jahe dan sayurab. Dikatakannya, saat ininsedang proses pembibitan dan semuanya tanaman organik. Sukra Suyasa menyebut, dari awal pengolahan lahan semua diusahakan dengan organik, sehingga nanti semuanya benar-benar komoditas organik. Untuk pembibitan dengan luas lahan sekitar 30 are.
Bahkan tanaman porang juga dikembangkan, pada tahap pertama seluas 7 hektar. Mengingat komoditaa porang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan pasarnya sangat terbuka, sebagai komoditas ekspor. Untuk pengelolaan tanaman holtikultura ini, Perbekel Sidan membentuk kelompok usaha tani (KUT) dimana pemuda desanya direkrut menjadi petani. "Kami namai Petani Muda Keren, Desa Sidan, anggotanya baru 15 pemuda," jelasnya. Dijelaskan lagi, pemuda ini akan mengelola komoditas holtikultura dibawah pengawasan dari perbekel. "Lupakan pariwisata, pertanian saat ini lebih menjanjikan. Peluang sudah ada di depan mata, tergantung pemuda ini nantinya, apa bisa berkembang," optimistisnya.
Setelah tahap pertama ini berhasil, dirinya akan terus mencari lahan yang tidur untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian organik. Disebutnya masih ada sekitar 25 hektar lahan yang belum tergarap optimal, "Nanti kami akan lakukan pendekatan kepada pemilik lahan, hal ini agar lahannya produktif dan memiliki nilai ekonomis," tutupnya.sar