Desa Adat Kemenuh Gagas Rumah Kompos

GIANYAR - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Mengatasi persoalan sampah dan mewujudkan lingkungan yang bersih dan tertata, Desa Adat Kemenuh memasukkan sampah ke dalam perarem desa adat.

Perarem ini sudah berjalan sejak awal Januari 2020 dan sampai saat ini ditaati oleh warga desa adat. Hal ini ditegaskan Bendesa Desa Adat Kemenuh, Ida Bagus Alit, Selasa (23/6/2020). “Sudah berjalan sejak awal tahun, sampai saat ini berjalan efektif dan memuaskan,” jelas Jero Bendesa, IB Alit.

Dikatakannya, dalam perarem dimasukkan; setiap warga wajib memilah sampah di rumahnya masing-masing, ikut menjaga kebersihan, kerapian dan kesucian di areal tempat suci, kedua; wajib mengolah memilah sampah di rumah masing-masing dan ketiga, sampah di penginapan dan rumah kos dikelola pemilik kos atau penginapan. Ketika ditanya, apa sanksi yang diberikan pada perarem, IB Alit menjelaskan sanksinya sangat ringan, yaitu iktu melaksanakan kebersihan di pura. “Sanksinya ringan, sebagai bentuk edukasi saja, yaitu diikutkan ngayah di pura untuk bersih-bersih,” jelasnya. Walau demikian, sampai saat ini baru diberikan sebatas teguran kepada warga yang melanggar.

Sedangkan langkah selanjutnya adalah Desa Adat kemenuh berencana membuat Rumah Kompos. Dengan upaya ini, maka sampah yang dibawa ke TPA Temesi adalah sampah yang memang tidak bisa dioalh di Rumah Kompos. “Lahan sudah ada sekitar 45 are, yang sebagiannya kita gunakan untuk pengolahan sampah,” bebernya. Dimana sampah dari warga akan diolah menjadi pupuk kompos, dan sampah plastic akan diolah khusus. Sedangkan untuk persoalan tersebut desa adat akan berkoordinasi dengan DLH Gianyar, guna mematangkan rencana tersebut. “Yang jelas, kami sudah punya lahan, akan membuat rumah kompos dan mewujudkannya. Kami yakin, desa adat Kemenuh bebas dari sampah plastic dan memiliki kompos tersendiri,” terangnya.

BACA JUGA:  Distan Gianyar Vaksin Anjing di Empat Desa

 

Dikonfirmasi Kepala DLH Gianyar, Wayan Kujus Pawitra menyebutkan langkah yang dilakukan Desa Adat kemenuh sangat diapresiasi. “Saya sangat yakin di akhir Tahun 2121, seluruh desa di Gianyar bisa melakukan pengelolaan sampah secara mandiri,” terang Kujus Pawitra. Dikatakannya lagi, persoalan sampah pada intinya adalah pengelolaan di sumbernya, yaitu di rumah tangga masing-masing.

 

Kujus Pawitra juga menyebutkan, belakangan ini, banyak tokoh-tokoh masyarakat, perbekel dan jajarannya mulai serius melakukan pengelolaan sampah dan mewujudkan TPST 3R. “Tentunya tokoh-tokoh ini banyak belajar melalui media social dan informasi lain, guna mewujudkan wilayah yang bersih dan bebas dari sampah plastic,” ungkapnya. Dikatakan Kujus lagi, dari 64 desa di Gianyar, sekitar 20 desa sudah memiliki program tentang pengelolaan sampah dengan pola TPST 3R. Dari 20-an desa tersebut, baru beberapa desa adat yang memasukkan sampah ke dalam perarem atau awig-awig desa adat. “Kami dari DLH sangat mengapresiasi terobosan dari tokoh-tokoh masyarakat, sehingga kedepannya, bisa menginspirasi desa lain untuk berbuat serupa, guna mewujudkan lingkungan yang bersih dan terpelihara,” tutup Kujus.(gds).

 

 

Scroll to Top