Denpasar-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Bagi seorang penyelam yang terlalu lama melakukan aktivitas menyelam ataupun terlalu lama berada di dalam kapal selam, penyelam ini sering kali mengalami dekompresi yakni dampak yang dialami penyelam akibat perubahan tekanan, baik air atau udara, yang terjadi terlalu cepat.
Dokter Hiperbarik, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, dr. Anita Devi, M.si, mengatakan, gejala dari penyakit dekompresi ini antara lain, pusing, tubuh terasa lemas, hingga sesak napas, bahkan yang paling parah adalah kelumpuhan.
"Kondisi ini muncul ketika tubuh merasakan perubahan tekanan air atau udara yang terlalu cepat, sehingga nitrogen dalam darah membentuk gelembung yang menyumbat pembuluh darah dan jaringan organ," jelasnya, Kamis (29/4/2021).
Baca Juga :
Pentingnya Platform Online untuk Pengaduan Kasus Perundungan di Sekolah
Emak-emak Ini Tergolong Hebat, Gasak 46 Tabung Gas di Sejumlah Warung
Penyakit dekompresi ini, lanjutkan dr. Devi menuturkan, merupakan penyakit yang akan muncul jika proses kembali menuju ke permukaan tidak dilakukan secara bertahap, atau tanpa menerapkan safety stop (berhenti beberapa menit di kedalaman tertentu) sesuai aturan dasar keselamatan menyelam.
Hal ini karena pada dasarnya, tubuh perlu waktu untuk beradaptasi dengan perubahan tekanan yang ada.
"Jika perubahan tekanan terjadi terlalu cepat, nitrogen yang terkandung dalam darah akan membentuk gelembung-gelembung yang bisa menyumbat pembuluh darah dan jaringan organ. Lalu, pembuluh darah atau jaringan organ yang tersumbat dapat menimbulkan rasa sakit dan gejala lain," ungkapnya.
Selain memang sering menyerang para penyelam, dekompresi ini akan lebih rentan menyerang seorang penyelam dengan usia diatas 30 tahun, memiliki riwayat penyakit jantung dan menderita obesitas dengan tingkat dehidrasi yang tinggi.
Lantas apa pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita dekompresi ini? Terapi oksigen hiperbarik dijelaskan dr. Devi adalah metode yang digunakan untuk menangani penyakit dekompresi. Terapi ini menggunakan alat berupa tabung atau kamar khusus yang berfungsi mensimulasi tekanan.
"Tekanan yang ada pada tabung mencegah nitrogen membentuk gelembung dalam darah dan mengubah kembali gelembung tersebut menjadi gas yang larut dalam darah. Sehingga gelembung nitrogen yang ada di organ vital pasien seperti jantung, otak dan pembuluh darah bisa mengecil dan bisa dikeluarkan melalui proses pernapasan," tandasnya. (dha)
Dokter Hiperbarik, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, dr. Anita Devi, M.si, mengatakan, gejala dari penyakit dekompresi ini antara lain, pusing, tubuh terasa lemas, hingga sesak napas, bahkan yang paling parah adalah kelumpuhan.
"Kondisi ini muncul ketika tubuh merasakan perubahan tekanan air atau udara yang terlalu cepat, sehingga nitrogen dalam darah membentuk gelembung yang menyumbat pembuluh darah dan jaringan organ," jelasnya, Kamis (29/4/2021).
Baca Juga :
Pentingnya Platform Online untuk Pengaduan Kasus Perundungan di Sekolah
Emak-emak Ini Tergolong Hebat, Gasak 46 Tabung Gas di Sejumlah Warung
Penyakit dekompresi ini, lanjutkan dr. Devi menuturkan, merupakan penyakit yang akan muncul jika proses kembali menuju ke permukaan tidak dilakukan secara bertahap, atau tanpa menerapkan safety stop (berhenti beberapa menit di kedalaman tertentu) sesuai aturan dasar keselamatan menyelam.
Hal ini karena pada dasarnya, tubuh perlu waktu untuk beradaptasi dengan perubahan tekanan yang ada.
"Jika perubahan tekanan terjadi terlalu cepat, nitrogen yang terkandung dalam darah akan membentuk gelembung-gelembung yang bisa menyumbat pembuluh darah dan jaringan organ. Lalu, pembuluh darah atau jaringan organ yang tersumbat dapat menimbulkan rasa sakit dan gejala lain," ungkapnya.
Selain memang sering menyerang para penyelam, dekompresi ini akan lebih rentan menyerang seorang penyelam dengan usia diatas 30 tahun, memiliki riwayat penyakit jantung dan menderita obesitas dengan tingkat dehidrasi yang tinggi.
Lantas apa pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita dekompresi ini? Terapi oksigen hiperbarik dijelaskan dr. Devi adalah metode yang digunakan untuk menangani penyakit dekompresi. Terapi ini menggunakan alat berupa tabung atau kamar khusus yang berfungsi mensimulasi tekanan.
"Tekanan yang ada pada tabung mencegah nitrogen membentuk gelembung dalam darah dan mengubah kembali gelembung tersebut menjadi gas yang larut dalam darah. Sehingga gelembung nitrogen yang ada di organ vital pasien seperti jantung, otak dan pembuluh darah bisa mengecil dan bisa dikeluarkan melalui proses pernapasan," tandasnya. (dha)